Monday, August 1, 2016

Kehancuran Alam Semesta Menurut Kajian Sains

Ada satu topik yang sering menjadi diskusi para ilmuwan mengenai alam semesta, yaitu mengenai bagaimana alam semesta berakhir. Mereka umumnya sepakat, akhir dari alam semesta pasti akan tiba. Setidaknya, hal itu akan terjadi ketika matahari mengalami fase transisi menjadi raksasa merah. Mungkin kejadian itu terjadi besok. Mungkin dalam satu miliar tahun lagi. Pakar Astrofisika telah lama meramalkan bahwa alam semesta suatu saat akan runtuh, dan bahwa segala sesuatu di dalamnya akan dikompres menjadi bola padat berukuran kecil. Mereka juga menyimpulkan bahwa risiko runtuh bahkan lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Big Crunch. Image: Wikimedia
Hal ini disebut sebagai Big Crunch. Pada saat itu, bintang-bintang begitu berdekatan sehingga tabrakan di antara mereka sering terjadi, suhu gelombang mikro kosmik akan meningkat sehingga bintang tidak mampu mengeluarkan panas dalamnya, perlahan membuat mereka meledak meninggalkan panas.

Al-Qur'an menjelaskan hal ini dalam ayat berikut:

Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. [Surat At-Takwir ayat 1-2]

Kata انْكَدَرَتْ atau “berjatuhan” secara bahasa berarti jatuh sekaligus kehilangan cahaya. Kurang lebih sama seperti penjelasan di atas. Adapun yang dimaksud dengan matahari digulung kurang lebih mirip seperti simulasi Black Hole dalam artikel eksistensi Black Hole menurut Al-Qur'an. Pakar Astrofisika meyakini bahwa nasib akhir alam semesta tergantung pada tiga hal: Bentuk alam semesta secara keseluruhan, Kepadatan alam semesta, Berapa banyak Energi Gelap dalam alam semesta.

Menurut teori inflasi, bahwa geometri alam semesta adalah datar, seperti selembar kertas. WMAP telah mengkonfirmasi hasil ini dengan akurasi dan presisi yang sangat tinggi. Kita sekarang tahu bahwa alam semesta adalah datar dengan margin kesalahan hanya 0,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa alam semesta tak terbatas luasnya. Walaupun demikian, karena alam semesta memiliki usia yang terbatas, kita hanya bisa mengamati volume yang terbatas dari alam semesta. Alam semesta sejatinya jauh lebih besar dari volume yang dapat kita amati.

Ilustrasi berikut menggambarkan bagaimana awal mula alam semesta. Dari Big Bang (paling bawah) kemudian secara bertahap mengembang dalam bentuk datar.

Alam semesta. Image: Wikimedia
Dalam kajian kosmologi dikenal adanya Big Bounce, bahwa setelah alam semesta saat ini kolaps, akan terbentuk alam semesta yang baru. Salah satu gagasan mengenai Big Bounce adalah apa yang berada di balik cakrawala Black Hole merupakan awal dari alam semesta yang lain. Kita tahu bahwa Black Hole memiliki gravitasi sangat tinggi sehingga cahaya sekalipun tidak bisa lolos. Tapi anggap saja kita masuk ke dalam Black Hole, dan entah bagaimana bertahan dari kompresi kepadatan sangat tinggi. Pada titik tertentu ada ledakan, yang memiliki efek membalikkan materi yang kolaps dari bintang, yang mengarah ke ekspansi. Jika kita bertahan juga, sepertinya kita akan berada di wilayah alam semesta dimana semuanya bergerak menjauh satu sama lain. Sebenarnya itu memang akan menyerupai tahap awal alam semesta kita yang mengembang. Wilayah yang berkembang ini kemudian berkembang seperti alam semesta kita sendiri. Pertama-tama ini mungkin melewati periode inflasi dan menjadi sangat besar. Jika kondisi berkembang sesuai, galaksi dan bintang bisa terbentuk, sehingga pada saatnya "alam semesta" baru ini bisa menjadi salinan alam semesta kita.

Hal ini dijelaskan oleh Al-Quran dalam ayat berikut:

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. [Surat Al-Anbiya ayat 104]

Kata نَطْوِي atau “menggulung” secara bahasa bermakna “We will fold” yang berarti menutupi atau membungkus sesuatu di dalamnya, mirip seperti konsep singularitasPara peneliti telah menerapkan konsep mekanika kuantum pada kosmologi untuk menghasilkan teori ilmiah yang memberi wawasan baru tentang Big Bang dan penciptaan alam semesta. Pakar matematikawan yang berasal dari Kanada dan Mesir telah mengembangkan sebuah teori ilmiah baru yang berusaha menjelaskan apa yang ada di alam semesta sebelum Big Bang. Peneliti sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta melewati empat tahap yang berbeda. Teori baru ini mengusulkan bahwa ada alam semesta lain dalam fase kosmologis yang berbeda.


Para ilmuwan menjelaskan bahwa alam semesta mengembang dengan cepat. Namun perubahan akan terjadi disebabkan oleh mekanika kuantum yang pada akhirnya akan menghentikan keseluruhan proses. Hal ini membuat alam semesta menyusut sampai mendekati titik tak terhingga sebelum mengembang lagi. Mereka menggabungkan mekanika kuantum dan kosmologi dengan menggunakan versi modifikasi dari prinsip ketidakpastian umum (GUP). Dalam model kosmologis ini, alam semesta tidak dimulai dengan Big Bang, tapi ada transisi fase dari satu fase alam semesta ke alam semesta lainnya. Hal ini dimungkinkan karena alam semesta bisa eksis dalam empat fase berbeda seperti air yang bisa eksis dalam tiga fase yang berbeda. Wallaahu a'lam bishawaab.