Wednesday, January 6, 2016

Sebelum Penciptaan Alam Semesta

Teori Big Bang adalah usaha untuk menjelaskan apa yang terjadi di awal alam semesta kita. Penemuan di bidang astronomi dan fisika telah menunjukkan tanpa keraguan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sebelum saat itu tidak ada eksistensi apapun; Pada saat dan setelah saat itu ada eksistensi: alam semesta. Dalam hal ini menjelaskan apa yang terjadi pada saat dan setelah peristiwa itu.

Black Hole. Image: Wikimedia
Menurut teori standar, alam semesta muncul sebagai singularitas sekitar 13,82 miliar tahun yang lalu. Apa itu singularitas dan dari mana asalnya? Para ilmuwan tidak tahu secara pasti. Singularitas adalah zona yang menentang pemahaman fisika kita saat ini. Zona itu adalah inti black hole – yang memiliki tekanan gravitasi kuat. Tekanan tersebut sangat kuat sehingga membuat materi terbatas menjadi materi dengan kerapatan tidak terbatas (konsep matematis yang benar-benar membuat pikiran takjub). Zona kerapatan tidak terbatas inilah yang disebut singularitas.

Alam semesta dimulai sebagai sesuatu yang sangat kecil, tidak terhingga, padat tidak terbatas, sebuah singularitas. Dari mana asalnya dan mengapa itu muncul? Tidak ada yang bisa menjawab. Dengan kata lain, ini adalah titik di mana semua hukum fisika tidak dapat dibedakan satu sama lain, di mana ruang dan waktu tidak lagi saling terkait, namun bergabung dan tidak memiliki makna independen.

Lalu tiba-tiba alam semesta mengembang hingga seperti sekarang. Semua bermula dari singularitas yang sangat kecil yang muncul entah dari mana karena alasan yang tidak diketahui. Hal ini dikenal sebagai teori Big Bang.

Teori Big Bang sulit untuk diterima karena menurut beberapa kalangan hal itu bertentangan dengan fakta bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Selain itu pengetahuan modern belum dapat menentukan dari mana asal mula singularitas. Islam membawa keduanya bersama-sama. Allah SWT menciptakan alam semesta, tapi Dia melakukannya melalui Big Bang.

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? [Surat Al-Anbiya Ayat 30]

Sebagian besar dari kita cenderung membayangkan singularitas sebagai bola sangat kecil yang muncul di suatu tempat di luar angkasa. Menurut banyak ahli, ruang angkasa tidak eksis sebelum Big Bang. Singularitas tidak muncul di ruang angkasa; Sebaliknya, ruang angkasa bermula di dalam singularitas. Sebelum singularitas, tidak ada apapun, tidak ada ruang, waktu, materi, atau energi - tidak ada eksistensi dalam bentuk apapun. Jadi di mana dan bagaimana singularitas itu muncul jika tidak ada ruang?

Multiverse. Image: Wikimedia
Pada Abad Pertengahan, para cendekiawan muslim merumuskan konsep pemikiran yang dikenal sebagai argumen kosmologis Kalām berupa rumusan mengenai keberadaan Tuhan yang berakar pada warisan Ilm al-Kalam. Pemikiran ini didasarkan pada konsep penggerak utama, yang diperkenalkan oleh Aristoteles. Seiring waktu, sebagian besar filsafat Yunani klasik tersebut diadopsi menjadi tradisi Islam Abad Pertengahan. Cendekiawan muslim yang memperkenalkan argument kosmologis Kalam adalah Al-Kindi, Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.

Salah satu formulasi paling awal dari argumen kosmologis dalam tradisi Islam berasal dari Al-Kindi (meninggal 873 AD), yang merupakan salah satu filsuf Islam pertama yang mencoba memperkenalkan sebuah argument mengenai keberadaan Tuhan berdasarkan premis empiris. Kontribusi utamanya adalah argumen kosmologis (dalil al-huduth) atas keberadaan Tuhan, dalam karyanya "On First Philosophy". Al-Kindi menulis sebagai berikut:

"Setiap segala sesuatu yang dimulai memiliki sebab untuk permulaannya. Dunia adalah sesuatu yang dimulai, oleh karena itu, tentu memiliki penyebab permulaannya."

Al-Ghazali berpendapat bahwa waktu mundur ke belakang hingga tidak terbatas adalah tidak mungkin. Alam semesta pasti memiliki permulaan untuk eksis. Mengingat segala sesuatu permulaan pasti ada penyebabnya, alam semesta pasti tergantung kepada Sang Pencipta.

Diriwayatkan oleh Imran bin Husain:

Saya pergi menemui Nabi Muhammad SAW dan mengikat unta betina saya di pintu gerbang. Orang-orang Bani Tamim mendatangi Nabi, lalu beliau berkata "Wahai Bani Tamim! Terimalah kabar baik." Mereka berkata dua kali, “Anda (sebelumnya) telah memberi kami kabar baik, sekarang beri kami sesuatu (yang lain).” Tidak lama kemudian beberapa orang Yaman mendatangi Nabi, lalu beliau berkata, “Terimalah kabar baik, hai orang-orang Yaman, karena Bani Tamim menolak.” Mereka berkata, “Kami menerimanya, wahai Rasulullah! Kami datang untuk menanyakan hal ini (yaitu awal penciptaan alam semesta).” Nabi bersabda, “Pertama-tama, tidak ada apa-apa selain Allah, dan (kemudian Dia menciptakan Arasy-Nya). Singgasana-Nya berada di atas air, dan Dia menulis semuanya di dalam Kitab (di Surga) dan menciptakan Langit dan Bumi.” Kemudian seorang pria berteriak, “Wahai Ibnu Husain! Unta betina Anda telah hilang!” Maka saya pergi tetapi tidak dapat melihat unta betina tersebut karena fatamorgana. Demi Allah, saya berharap saya meninggalkan unta betina itu (tapi bukan meninggalkan tempat pertemuan). [Sahih al-Bukhari 3191]

Di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa setelah alam semesta saat ini kolaps (kiamat) akan dilanjutkan dengan penciptaan alam semesta yang baru. Di dalam kajian akademis, hal ini dikenal sebagai Big Bounce. Mengutip dari situs Gizmodo, bahwa teori Big Bounce  sebenarnya memiliki masalah: yaitu tidak sejalan dengan konsep singularitas. Adanya gagasan Singularitas melanggar prinsip relativitas umum Einstein, hukum fisika tentang bagaimana gravitasi bekerja. Fisikawan percaya bahwa singularitas mungkin ada di dalam lubang hitam. Tapi hukum fisika tidak memberi mekanisme pada saat alam semesta kolaps menjadi singularitas, berlanjut menjadi alam semesta baru melalui Big Bang. Teori Big Bounce, dalam hal ini, akan membutuhkan penambahan partikel baru dan medan, pada akhirnya menghasilkan teori baru. Wallaahu a'lam bishawaab.