Dari seluruh ayat-ayat
Al-Quran yang menerangkan sains, salah satu ayat yang paling sulit
untuk dikaji secara ilmiah barangkali adalah konsep tujuh langit.
Pada zaman dahulu, manusia hanya bisa memandang langit dari bumi.
Benda langit yang dikenal manusia hanya matahari pada siang hari,
bulan dan bintang pada malam hari. Ada juga bintang jatuh atau
meteor.
Antariksa sendiri
merupakan sesuatu yang sangat luas sekaligus menyisakan banyak
misteri. Upaya untuk 'menyesuaikan' antariksa agar bisa menjadi
'tujuh' sering berakhir pada kebuntuan. Tulisan berikut mungkin masih
belum menghasilkan definisi yang tepat mengenai konsep tujuh langit,
tapi setidaknya kita sudah berusaha untuk mengkaji ayat-ayat
Al-Quran.
Berdasarkan ketentuan dan
batasan yang terdapat dalam Al-Quran, tujuh langit mungkin bukan hal
yang asing bagi anda. Kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan tujuh
langit adalah:
TUJUH ORBIT PLANET
DALAM TATA SURYA
Al-Quran memberikan
beberapa clue mengenai konsep tujuh langit sebagai berikut:
1. Istilah langit dalam
konsep 'tujuh langit' memiliki definisi sebagai tujuh jalan.
Keterangan mengenai hal ini ada pada ayat berikut:
Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan di atas kamu tujuh buah
jalan (tujuh
buah langit) dan
Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). [Quran 23: 17]
Kata 'tharaa-iqa'
dalam ayat di atas memiliki makna
jalan atau lintasan. Jadi, kalau selama ini kita memberi definisi
langit sebagai ruang luas tanpa batas yang terbentang di atas bumi,
hal ini tidak berlaku terhadap konsep 'tujuh langit' dalam Al-Quran.
Konsep tujuh langit bukanlah tujuh ruang luas yang terbentang di atas
bumi, melainkan tujuh jalan atau lintasan yang dilalui. Kita mengenal
konsep 'jalan' atau 'lintasan' dalam antariksa sebagai orbit.
Orbit Planet. Image: Wikimedia |
Tata surya secara
keseluruhan memiliki delapan orbit. Tetapi orbit bumi sendiri tidak
masuk dalam daftar karena Al-Quran memberikan keterangan 'langit'.
Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang 'langit dan bumi'.
Dalam hal ini, bumi adalah planet yang kita tempati, adapun 'langit'
adalah apapun yang berada di luar atmosfer. Karena itulah Allah
menggunakan istilah 'tujuh langit' dan bukan 'tujuh bumi'. Sejak kita
tahu bahwa bumi itu bulat dan melakukan rotasi, maka istilah 'di atas
kamu' menjadi fleksibel. Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dst tentu
saja berada di atas kita.
2. Usia dari tujuh langit
(tujuh orbit) tersebut sama seperti usia bumi, yaitu dua masa menurut
Al-Quran. Keterangan mengenai hal ini ada pada ayat berikut:
Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam
dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang
yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. [Quran
41: 12]
Dalam artikel sebelumnya
(baca: usia alam semesta & usia bumi) kita tahu bahwa bumi
diciptakan dalam dua masa, dengan 'Arsy sebagai frame referensi.
Menurut perhitungan ilmiah, usia bumi adalah 4,5 milyar tahun. Tujuh
langit seharusnya juga memiliki usia yang sama.
Perhatikan ringkasan penelitian berikut:
“
Usia Tata Surya dapat didefinisikan sebagai
waktu dari pembentukan butiran-butiran padat pertama kali pada disc
nebula yang mengelilingi proto-Matahari. Usia tata surya dapat
diperkirakan dengan meneliti inklusi pada meteorit. Setelah
pengujian, hasil menunjukkan bahwa inklusi pada meteorit terbentuk
sejak 4,568 juta tahun yang lalu. ”
Kita bisa melihat
konsistensi antara usia bumi dan usia tujuh langit, dalam hal ini
diciptakan dalam dua masa yang setara dengan 4,5 milyar tahun menurut
perhitungan manusia. Sejauh ini, wilayah antariksa yang memiliki usia
4,5 milyar tahun (dua masa) hanya tata surya. Di luar tata surya
(misalnya konstelasi bintang atau galaksi) biasanya memiliki usia
yang sama dengan alam semesta (sekitar 13,7 milyar tahun). Dengan
demikian, tujuh langit bukanlah alam semesta karena Al-Quran
menyatakan bahwa alam semesta terbentuk dalam enam masa, adapun tujuh
langit diciptakan dalam dua masa.
3. Tujuh langit atau
tujuh orbit tersebut masing-masing memiliki planet sendiri, sama
seperti bumi. Keterangan mengenai hal ini ada pada ayat berikut:
Allah-lah yang
menciptakan tujuh langit
dan seperti itu pula Bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu. [Quran 65: 12]
4. Tujuh langit (tujuh
orbit) tersebut merupakan sebuah keteraturan. Tidak ada tumpang
tindih antara satu dengan yang lain meskipun berada di antariksa.
Keterangan mengenai hal ini ada pada ayat berikut:
Dan Kami bangun di
atas kamu tujuh buah (langit)
yang kokoh. [Quran 78: 12]
Tujuh
orbit yang membentuk lapisan merupakan hasil dari keseimbangan
sempurna antara gerakan maju dari planet dalam tata surya, dan
tarikan gravitasi dari matahari. Orbit adalah jalan yang
dilalui obyek langit dalam antariksa dengan cara mengelilingi objek
lain. Ketika planet melakukan perjalanan dalam satu arah maka akan
dipengaruhi oleh gravitasi
matahari.
Dalam
ayat yang lain:
Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis.
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? [Quran 67: 3]
Ayat
di atas melengkapi penjelasan sebelumnya. Planet-planet yang ada di
tata surya bergerak membentuk lapisan berupa orbit yang tidak bisa
dilihat, tetapi gravitasi mereka bisa dideteksi.
Dalam
ayat yang lain:
Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh
langit bertingkat-tingkat?
[Quran 71: 15]
Gravitasi matahari
menyebabkan planet-planet mengambil rute melengkung yang akhirnya membawa kembali ke titik awal.
Gravitasi matahari cukup untuk membuat planet tidak terlempar dari
tata surya, tetapi tidak cukup kuat untuk menarik planet itu agar
lebih dekat lagi pada matahari. Konsep ini disebut hukum kekekalan
momentum sudut, yang merupakan salah satu prinsip dasar fisika.
5. Tujuh langit (tujuh
orbit) atau orbit yang paling dekat dengan bumi dihiasi dengan
alkawaakib. Fungsi dari benda langit ini digunakan sebagai
sarana untuk memukul setan. Keterangan mengenai hal ini ada pada ayat
berikut:
Sesungguhnya Kami
telah menghias langit yang
terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.
Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang
sangat durhaka [Quran 37: 5-6]
Sabuk Asteroid. Image: Wikimedia |
Kata 'alkawaakibi'
memiliki makna planet atau benda langit apapun selain bintang. Penggunaan
bahasa arab dalam Al-Quran untuk bintang adalah najma.
Mengenai hal ini, silahkan lihat kata An-Najm (surat Al-Quran urutan
ke 53).
Demi bintang ketika
terbenam. [Quran 53: 1]
Dalam ayat di atas, Allah
menggunakan kata alnnajmi.
Dalam ayat yang lain:
Demi langit dan yang
datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam
hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. [Quran 86: 1-3]
Dalam ayat di atas, Allah
menggunakan kata alnnajmu. Kedua ayat di atas memberikan
keterangan mengenai bintang yang biasa kita lihat di langit pada
malam hari, terletak pada ruang antarbintang. Bintang-bintang
tersebut memiliki hubungan dengan apa yang kita kenal sebagai rasi
bintang atau konstelasi. Tetapi dalam surat Ash-Shaffaat ayat 5-6,
Allah tidak menggunakan kata alnnajmi/alnnajmu.
Sebagai gantinya, Allah menggunakan kata alkawaakib.
Al-Quran
menyebutkan orbit yang terdekat dengan bumi dihiasi dengan
alkawaakib. Hanya ada
dua kemungkinan. Pertama adalah orbit Venus, sedangkan yang kedua
adalah orbit Mars. Pengetahuan modern memberitahu kita bahwa antara
orbit Mars dan orbit Jupiter, terdapat asteroid
belt yang merupakan
tempat ribuan asteroid. Beberapa obyek di dalam asteroid belt seperti
Ceres dikategorikan sebagai planet kerdil. Wallahu a'lam.