Keajaiban bulan terbelah menjadi dua terjadi sebelum hijrah ke Madinah atas tuntutan
orang-orang musyrik dengan seizin Allah SWT. Peristiwa ini terjadi
lima tahun sebelum peristiwa hijrah, diperkirakan terjadi pada tahun
617 AD. Hal ini diriwayatkan oleh banyak sahabat seperti Anas b.
Malik, Ali, Huzayfa b. Yaman, Abdullah b. Mas'ud, Abdullah b. Abbas,
Abdullah b. Umar, Abdullah b. Amr b. As, Jubayr b. Mut'im.
Dikisahkan
bahwa orang-orang musyrik Quraisy, Walid b. Mughira, Abu Jahl, As b.
Wail, As b. Hisyam, Aswad b. Abdi Yaghus, Aswad b. Muththalib, Zama
b. Aswad, Nadr b. Harith dan yang lainnya mendatangi Nabi Muhammad
SAW. Mereka meminta bukti jika Nabi benar-benar utusan Allah SWT.
Mereka meminta Nabi agar membelah bulan menjadi dua. Setengah di atas
gunung Abu Qubais, adapun setengah lainnya di atas bukit Quayqian.
Nabi
Muhammad SAW bertanya: "Jika saya melakukannya, apakah Anda akan
menjadi Muslim?" Orang-orang musyrik menjawab: "Ya, kami
akan melakukannya." Pada malam ke 14, saat bulan purnama, Nabi
Muhammad SAW meminta agar Allah SWT memberikan keajaiban yang
dituntut oleh orang-orang musyrik darinya.
Ketika
malaikat Jibril memberitahu Nabi Muhammad SAW bahwa Allah SWT telah
menerima doanya, beliau mengumumkannya kepada orang-orang Mekah.
Orang-orang musyrik menyaksikan bulan dipisah
menjadi dua pada malam ke-14. Setengah berada di atas Gunung Abu
Qubais dan setengah lainnya di atas Gunung Quayqian. Nabi Muhammad
SAW kemudian meneriaki kaum Muslim: "Wahai Abu Salama b.
Abdulasad! Arqam b. Abi'l Erqam! Bersaksilah!''
Dan
kepada orang-orang musyrik, beliau berkata, "Saksikanlah!''
Namun, orang-orang musyrik berkata "Ini adalah salah satu mantra
Putra Abu Kabsha, Anak Abu Kabsha memberi mantra kepada kalian!"
Mereka berkata, "Muhammad melemparkan mantra kepada kita!"
Beberapa
dari mereka juga mengatakan: "Jika Muhammad telah memberikan
mantra kepada kita maka dia tidak bisa memberikan mantra pada semua
orang! Mari kita bertanya kepada orang-orang musafir yang datang dari
daerah sekitar sini. Kita tanya apakah mereka melihat apa yang kita
lihat. "Mereka kemudian bertanya kepada orang-orang yang datang
dari berbagai tempat.
"Benar!
Kami juga melihat bulan dalam keadaan seperti itu! Kami melihat bulan
terbelah menjadi dua!'' Di antara orang-orang yang datang dari
berbagai tempat melihat bulan terbelah menjadi dua. Namun,
orang-orang musyrik menolak untuk menjadi Muslim dan mengatakan: "Ini
adalah sihir!", mereka mengatakan "anak yatim piatu Abu
Thalib mempengaruhi langit dengan mantranya!".
Karena pengingkaran
mereka maka Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai berikut:
Telah dekat datangnya
saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang
musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan
berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". Dan
mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang
tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. [Surat Al-Qamar Ayat 1-3]
Ada banyak Hadits tentang
peristiwa bulan terbelah menjadi dua.
Dikisahkan oleh Abdullah:
Bulan terbelah (menjadi dua bagian). [HR. Bukhari]
Ibnu Abbas melaporkan
bahwa bulan terbelah pada masa Rasulullah SAW. [HR. Muslim]
Dikisahkan oleh Ibn
'Umar: "Bulan terbelah pada saat Rasulullah. Maka
Rasulullah berkata: 'Saksikanlah.' '' [HR. Tirmidzi]
Dikisahkan oleh Muhammad
bin Jubair bin Mut'im:
Dari ayahnya yang
berkata: "Bulan terbelah pada masa Rasulullah sampai
menjadi dua bagian, satu di atas gunung ini dan satu di atas gunung
itu. Maka mereka berkata: 'Muhammad telah memberikan mantra kepada
kita.' Beberapa dari mereka berkata: 'Jika dia bisa memberikan mantra
kepada kami, dia tidak bisa memberikan mantra kepada semua orang.'
[HR. Tirmidzi]
Beberapa narasi mungkin
berbeda, tetapi ada satu persamaan yang bisa diambil: bulan terbelah.
Alam semesta
holografik
Peristiwa bulan terbelah
menjadi dua termasuk salah satu misteri yang sulit untuk dijelaskan secara ilmiah. Sebuah studi telah memberikan bukti pengamatan
bahwa alam semesta kita sebenarnya adalah hologram yang luas dan
kompleks.
Alam
semesta holografik merupakan hipotesis yang pertama
kali dicetuskan pada tahun 1990an. Konsep di mana semua informasi
yang membentuk realitas 3D kita (ditambah waktu) terkandung dalam
permukaan
2D pada batas-batasnya. Hal ini mirip seperti menonton film 3D di
bioskop. Kita melihat gambar 3D yang memiliki tinggi, lebar dan
paling penting, kedalaman - padahal sebenarnya semuanya berasal dari
layar datar 2D. Bedanya, di alam semesta 3D kita bisa menyentuh benda
dan 'proyeksi' itu 'nyata' dari sudut pandang kita.
Dalam video Youtube di atas, terlihat objek sangat samar seperti bulan yang dipantulkan melalui cermin. Berdasarkan fakta ini, kita bisa berpendapat bahwa bulan
adalah hologram. Gelombang bulan ini
hanya terjadi ketika bulan mendekati posisi penuhnya. Dengan kata
lain bahwa sebuah hologram
diproyeksikan saat bulan penuh. Mukjizat dari Nabi dalam hal ini adalah membuat objek yang menyerupai pantulan bulan tersebut bisa terlihat oleh manusia yang ada di bumi dengan sangat jelas, tanpa menggunakan alat bantu.
Supermoon
Dalam bahasa Indonesia
disebut bulan super, adalah istilah yang digunakan oleh para astrolog
untuk menggambarkan keadaan bulan penuh ketika bulan berada dalam
posisi terdekatnya dengan Bumi (apsis/perigee). Secara spesifik,
bulan super merupakan bulan purnama, yang jaraknya dengan bumi
sekitar 10 persen atau kurang dari jarak lintasannya dengan bumi.
Ketika fenomena ini terjadi, bulan nampak lebih besar dan lebih
terang, meskipun perubahan jaraknya hanya beberapa kilometer.
Pada abad ke-11, matematikawan Arab Ibn
Al-Haytham mengembangkan teori tentang bagaimana ilusi bulan bekerja.
Pada dasarnya menunjukkan bahwa perbedaan ukuran berkaitan dengan
bagaimana otak kita memandang jarak, dan kemudian bagaimana kita
secara otomatis menyesuaikan
ukuran benda yang diinginkan. Al-Haytham menjelaskan bahwa ketika
bulan di atas kepala, kita merasakannya lebih dekat dan karena itu
lebih kecil. Tapi saat bulan terbit di atas cakrawala yang jauh, kita
merasakannya lebih jauh dan karena itu lebih besar.
Salah
satu alasan mengapa cakrawala tampak lebih jauh daripada langit di
atas adalah bahwa otak kita memandang bentuk "ruang"
sebagai kubah yang berbentuk rata dan bukan bola bulat sempurna. Itu
berarti kita menilai benda langit yang berada di atas terlihat lebih
dekat daripada benda langit di cakrawala.
Sebagai
penutup, peristiwa bulan terbelah menjadi dua tidak banyak diketahui
oleh bangsa-bangsa lain disebabkan karena perbedaan waktu – yaitu
siang dan malam. Misalnya pada saat di Mekkah jam 21.00 maka: di
India jam 23.30, di Reykjavik jam 18.00, di Perth jam 02.00, di
Washington D.C. Jam 14.00, di Rio de Janeiro jam 15.00, di Tokyo jam
03.00, di Beijing jam 02.00. Wallaahu
a'lam bishawaab.