Thursday, October 20, 2016

Mengungkap Sosok Zul Qarnain & Tembok Yakjuj Makjuj (Part 3)

Propinsi Yudea termasuk wilayah kekuasaan Romawi yang memiliki letak paling timur. Dalam sejarah imperium Romawi, propinsi Yudea termasuk wilayah dengan kondisi paling tidak stabil karena sering terjadi pemberontakan. Pada tahun 70 AD misalnya, terjadi pemberontakan yang dikenal sebagai Perang Besar Yahudi. Kekaisaran Romawi berhasil menumpas para pemberontak dilanjutkan dengan menghancurkan kota Yerusalem.

Sanhedrin. Image: Wikimedia
Pada tahun 130 AD (delapan tahun sebelum Antoninus Pius berkuasa), Kaisar Hadrian mengunjungi reruntuhan Yerusalem. Kaisar menjanjikan untuk membangun kembali kota itu. Namun orang-orang Yahudi merasa ditipu ketika mereka mengetahui bahwa ia bermaksud membangun kembali kota suci kaum Yahudi tersebut sebagai sebuah metropolis paganisme Romawi. Menurut rencana, sebuah kuil baru yang akan dibangun di atas Bait Suci Kedua akan dipersembahkan kepada dewa Yupiter. Pemicu konflik semakin meningkat ketika kaisar Hadrian melarang sunat (brit milah), yang olehnya dianggap sebagai perilaku barbar karena melakukan mutilasi alat kelamin.

Rabi Akiba, seorang Ahli Kitab Yahudi meyakinkan pihak Sanhedrin (Mahkamah Agama) untuk mendukung pemberontakan yang direncanakan, dan menganggap pemimpin yang terpilih, Simon Bar Kokhba, sebagai Mesias Yahudi. Sanhedrin merupakan dewan tertinggi agama Yahudi. Istilah Mahkamah Agama juga tidak sepenuhnya tepat, sebab lembaga itu memiliki sifat politis juga.

Para pemimpin mesianik Yahudi dengan cermat merencanakan pemberontakan kedua untuk menghindari berbagai kesalahan pada pemberontakan sebelumnya. Pada tahun 132 AD, pemberontakan Bar Kokhba dengan cepat menyebar di seluruh wilayah Yudea. Mereka akhirnya berhasil mengalahkan dan mengusir pasukan Romawi di Yerusalem. Bar Kokhba dan para pengikutnya mendirikan sebuah negara Yahudi yang berdaulat selama dua setengah tahun sesudah itu. Administrasi sipil yang bersifat fungsional dipimpin oleh Simon Bar Kokhba. Era penebusan Israel diumumkan, kontrak-kontrak ditandatangani dan mata uang dicetak dengan tulisan 'Tahun Pertama Penebusan Israel'. Adapun Rabi Akiba terpilih sebagai pemimpin Sanhedrin. Ritual keagamaan Yahudi dirayakan, korbanot (penyerahan kurban) dilakukan kembali di altar. Sejumlah upaya juga dilakukan untuk memulihkan Bait Allah di Yerusalem.

Pemberontakan ini mengejutkan imperium Romawi. Kaisar Hadrian segera menyiapkan pasukan dalam jumlah besar. Banyaknya pasukan Romawi yang dikerahkan untuk menghadapi kaum pemberontak ini melebihi jumlah pasukan Romawi yang bertempur melawan kaum Yahudi pada tahun 70 AD. Pertempuran berlangsung selama tiga tahun hingga akhirnya pasukan Romawi berhasil menghancurkan para pemberontak pada musim panas tahun 135 AD. Setelah kehilangan Yerusalem, Bar Kokhba dan sisa-sisa pasukannya mengundurkan diri ke benteng Betar, yang kemudian juga dikepung. Sejumlah pemberontak terbunuh di sana, termasuk Bar Kokhba dan Rabi Akiba. Adapun yang lain-lainnya menghilang di gua-gua yang berhadapan dengan Laut Mati.

Penghancuran. Image: doctorgurgul.deviantart.com
Talmud Yerusalem mengatakan bahwa jumlah orang yang terbunuh sangat besar, dikatakan bahwa pasukan Romawi 'terus melakukan pembantaian hingga genangan darah mencapai hidung kuda mereka'. Menurut catatan sejarah, sebanyak 580.000 orang Yahudi terbunuh, 50 kota benteng dan 985 desa diratakan dengan tanah. Mereka yang tinggal di propinsi Judea hidup dalam kesengsaraan. Kemiskinan, kelaparan dan wabah penyakit dimana-mana. Kaum Yahudi yang tertangkap dijual sebagai budak.

Al-Quran menjelaskan hal ini dalam ayat berikut:

Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. [Quran 18: 89-91]

Ahli Tafsir memaknai ayat di atas sebagai kaum yang miskin. Mereka adalah kaum Yahudi yang tinggal di propinsi Yudea setelah pemberontakan Bar Kokhba. Tetapi sebenarnya dari pihak imperium Romawi juga mengalami korban jiwa yang tidak sedikit. Banyak pasukan Romawi yang gugur dalam pertempuran. Setidaknya ada dua legiun pasukan yang dibubarkan. Jumlah pasukan Romawi yang mengalami luka berat dan luka ringan juga sangat banyak. Ketika menyampaikan kondisi di Yudea kepada Senat, kaisar Hadrian mengatakan: “Kalau anda dan anak anda dalam kondisi baik, itu bagus. Aku dan pasukanku dalam kondisi baik”.

Kaisar Hadrian berusaha membasmi Yudaisme yang dipandangnya sebagai penyebab pemberontakan yang terus-menerus. Ia melarang hukum Taurat, melarang penggunaan kalender Yahudi dan menghukum mati para ahli Yudaisme. Gulungan suci dibakar dalam sebuah upacara di Gunung Bait Allah. Di bekas tempat kudus Bait Allah, ia menempatkan dua buah patung: patung dewa Yupiter, dan patung dirinya sendiri. Untuk menghapuskan sejarah pahit tentang Yudea, ia menghapus nama itu dari peta dan menggantinya dengan nama 'Syria Palaestina'.

Reruntuhan bangunan. Image: Wikimedia
Kondisi propinsi Yudea belum pulih hingga akhir pemerintahan kaisar Hadrian. Ketika Antoninus Pius menjadi penguasa Romawi, spirit keadilan dan kebaikan hati sang kaisar seperti berkah bagi orang-orang Yahudi, khususnya kepada mereka dari propinsi Yudea. Begitu orang-orang Yahudi tahu tentang perubahan penguasa, mereka mengirim sebuah kedutaan, yaitu Yehuda b. Shamu'a, ke Roma untuk bernegosiasi untuk perbaikan dalam kondisi mereka (Meg. Ta'anit, xii.). Melalui perantaraan seorang sipir berpengaruh mereka berhasil dalam pengadaan pengobatan ringan. Pada tahun 138 atau 139 AD kaisar mengizinkan pemakaman tentara Yahudi dan martir yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan Romawi (Yer. Ta'anit, iv . § 5, 69A; Ta'anit, 31a).

Setengah tahun kemudian (139 atau 140 AD) Antoninus mencabut peraturan dari Hadrian - yang melarang orang-orang Yahudi menjalankan ibadah dan hukum Taurat. Antoninus Pius juga mencabut larangan bagi kaum Yahudi memasuki Yerusalem. Orang-orang Yahudi yang sebelumnya melarikan diri ke luar dari wilayah imperium Romawi untuk menghindari penganiayaan dari Hadrian secara bertahap kembali ke rumah mereka. Kondisi politik, kesejahteraan, sosial keagamaan dan keamanan di propinsi Yudea mulai membaik. [bersambung]