Thursday, October 20, 2016

Mengungkap Sosok Zul Qarnain & Tembok Yakjuj Makjuj (Part 2)

Pada masa Antoninus Pius menjadi kaisar, wilayah Tingitana (Maroko) termasuk wilayah Romawi yang memiliki letak paling barat. Wilayah Pantai utara Afrika, dari Carthage (Tunisia) hingga wilayah sekitar samudera Atlantik, terkenal sebagai rumah untuk bandit atau penyamun yang berasal dari suku Mauri. Mereka tinggal di wilayah pegunungan. Di bawah pemerintahan Antoninus Pius mereka tampaknya semakin merajalela. Pada masa itu, pemerintah Romawi membangun infrastruktur berupa jalan di bukit-bukit wilayah Lambaesis. Pada saat yang sama, pemerintah Romawi juga membuat saluran air, yang dimaksudkan untuk pasokan di wilayah Lambaesis dengan air dari bukit-bukit. Tetapi kemajuan pekerjaan ini terhambat oleh para penyamun.

Penyamun dari Tingitana. Image: Achrafalla (Pinterest)
Pemerintah Romawi segera mengambil tindakan, propinsi Numidia (Tunisia dan Aljazair) dibebaskan dari para penyamun pada tahun 150 AD. Suku Mauri melanjutkan aksi mereka di wilayah Tingitana (Maroko). Mereka bersekutu dengan suku-suku nomaden dari pegunungan Atlas. Di tempat itu, mereka mengorganisir perlawanan terhadap pasukan Romawi. Perilaku ini memaksa kekaisaran Romawi untuk mengambil langkah-langkah aktif dan tegas, bukan semata-mata hanya menjaga ketertiban di wilayah tersebut. Para penyamun kemudian secara bertahap didorong ke arah barat dan mereka akhirnya berlindung di Mauritania.

Al-Quran menjelaskan hal ini dalam ayat berikut:

Maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami menitahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami". [Quran 18: 85-88]

Pausanias (geografer dari Yunani) mengatakan bahwa 'Mauri merupakan suku nomaden dan lebih suka berperang daripada Scythians (bangsa barbar dari Asia Tengah). Antoninus Pius mengusir mereka ke wilayah pegunungan Atlas dan pantai Atlantik'. Pernyataan Pausanias mengkonfirmasi pendapat bahwa kawasan timur (Tunisia dan Aljazair) pertama kali dibersihkan. Ketika suku Mauri menyamun di Tingitana (Maroko) mereka secara bertahap didorong ke barat ke tepi Atlantik (Mauritania). Tidak ada keraguan bahwa 152 AD adalah perkiraan tahun operasi militer Romawi di Tingitana (Maroko).

Tetapi apa yang dimaksud dengan laut berlumpur hitam?

Dalam geologi ada istilah yang dikenal sebagai banjir lumpur panas atau kubah lumpur. Istilah ini digunakan untuk merujuk formasi yang dibuat oleh cairan dan gas di dalam bumi. Temperaturnya lebih dingin daripada proses pembentukannya. Kubah lumpur melepaskan gas berupa metana, dengan sedikit karbon dioksida dan nitrogen. Bahan yang dikeluarkan sering berupa tanah yang mengendap dalam cairan yang dapat meliputi air dan cairan hidrokarbon. Biasanya kubah lumpur hanya ditemukan di daratan. Penelitian baru-baru ini menemukan adanya kubah lumpur di dalam lautan sebelah barat Maroko.

Mud Volcano. Image: onlinelibrary.wiley.com
Para peneliti menemukan dua kubah lumpur aktif dan tiga kubah lumpur tidak aktif di tepi kontinen Atlantik Maroko. Dua kubah lumpur aktif (bernama Yuma dan Ginsburg) masing-masing memiliki diameter sekitar 4 km, memiliki ketinggian antara 150-250 meter di atas dasar laut. Tiga kubah lumpur tidak aktif memiliki diameter sekitar 1-3 km, memiliki ketinggian antara 50 dan 80 meter. Puncak kubah lumpur aktif menghasilkan hidrat metana dan deposit lumpur breksi. Di permukaan kubah lumpur aktif juga ditemukan biota laut seperti cacing Pogonophora dan kerang Solemya. [bersambung]