Zul Qarnain (Arab: ذو
القرنين Żū al-Qarnayn) adalah julukan seorang raja
yang disebutkan di dalam Qur'an, ia digambarkan sebagai seorang
pemimpin yang adil dan bijaksana. Zul Qarnain bukanlah nama
sebenarnya. Secara harfiah Zul Qarnain memiliki arti 'pemilik dua
tanduk' atau ia yang memiliki dua tanduk. Kisah mengenai Zul Qarnain
dapat kita temukan dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 83-98.
Zul Qarnain. Image: Wikimedia |
Mengidentifikasi sosok
Zul Qarnain dalam kajian sejarah yang otentik dan kredibel bukanlah
perkara mudah. Ada beberapa clue yang harus bisa anda jelaskan
terkait dengan keterangan yang ada di dalam Al-Quran:
Pertama, Zul Qarnain
memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Mengacu pada Al-Quran,
Zul Qarnain termasuk raja yang memiliki wilayah kekuasaan paling luas
pada zamannya. Kedua, Zul Qarnain mendapat kemudahan untuk menempuh
suatu jalan. Ketiga, Zul Qarnain berkuasa sebelum abad ke-6 AD
(sebelum era Nabi Muhammad). Keempat, Zul Qarnain harus beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
Kelima, sosok Zul Qarnain
harus memiliki keterkaitan dengan kaum Yahudi (Ahli Kitab). Hal ini
mengingat bahwa kisah Zul Qarnain diceritakan di dalam Al-Quran
sebagai jawaban atas tantangan dari pemuka kaum Yahudi pada masa Nabi
Muhammad. Keenam, anda harus bisa menjelaskan mengenai istilah 'dia
pemilik dua tanduk'.
Ketujuh, anda harus bisa
menjelaskan mengenai kaum di wilayah matahari terbenam, dekat dengan
laut yang berlumpur. Kedelapan, anda harus bisa menjelaskan mengenai
kaum di wilayah matahari terbit. Kaum ini tidak memiliki perlindungan
bahkan dari sinar Matahari. Kesembilan, anda harus bisa menjelaskan
mengenai siapa Yakjuj & Makjuj, darimana mereka berasal.
Kesepuluh, anda harus bisa menjelaskan mengenai tembok yang terbuat
dari besi dan tembaga. Kesebelas, anda harus bisa menjelaskan bahwa
Zul Qarnain adalah penguasa yang adil dan bijaksana.
Berdasarkan beberapa
kriteria di atas, Zul Qarnain kemungkinan adalah Antoninus Pius,
kaisar Romawi yang berkuasa pada tahun 138-161 AD.
Antoninus Pius. Image: Wikimedia |
Antoninus Pius lahir pada
tahun 86 AD di wilayah Lanuvium. Dia adalah anak seorang konsul di
kekaisaran Romawi. Ayah Antoninus meninggal ketika Antoninus baru berumur tiga tahun.
Antoninus Pius kemudian diasuh oleh kakeknya. Setelah dewasa,
Antoninus menikah dengan wanita bangsawan bernama Annia Galeria
Faustina. Mereka tercatat telah menikmati pernikahan yang bahagia.
Faustina adalah seorang wanita cantik, dan meskipun (pada dasarnya
tidak ada bukti) rumor negatif tentang perilaku Faustina, tampak
bahwa Antoninus sangat menyayangi isterinya. Dari pernikahan tersebut
mereka memiliki empat anak. Tetapi tiga diantaranya meninggal sebelum
orang tua mereka menjadi pemimpin kekaisaran Romawi.
Karir Antoninus Pius
diawali sebagai Quaestor (jabatan publik yang bertugas mengawasi
urusan keuangan). Selanjutnya sebagai Praetor (jabatan publik yang
bertugas mengurusi kasus-kasus masyarakat). Pada tahun 120 AD,
Antoninus Pius menjabat sebagai seorang konsulat. Kompetensi dan
kepribadian yang baik membuat dia ditunjuk oleh Kaisar Hadrian
sebagai salah satu dari empat gubernur untuk mengelola Italia.
Setelah beberapa tahun, Antoninus Pius menjadi gubernur di wilayah
Asia.
Bagaimana Antoninus
Pius bisa menjadi kaisar Romawi?
Kaisar Hadrian tidak
memiliki anak sebagai pewaris tahta kekaisaran Romawi. Sebagai
solusi, Hadrian kemudian memilih orang kepercayaannya yang Lucius
Aelius sebagai penggantinya kelak, mengadopsi dia sebagai anaknya.
Meskipun Lucius tidak memiliki pengalaman militer, ia menjabat
sebagai senator. Selain itu, dia memiliki koneksi politik yang kuat.
Walaupun demikian, Lucius Aelius memiliki kondisi kesehatan yang
buruk.
Romawi pada masa Antoninus Pius. Image: Wikimedia |
Setelah penempatan satu
tahun di perbatasan Danube, Lucius Aelius kembali ke Roma untuk
menyampaikan suatu pidato kepada senat. Pada malam sebelum pidato ia
mengalami sakit, dan meninggal pada hari berikutnya. Pada 24 Januari
138 AD, Hadrian memilih Antoninus Pius sebagai penggantinya. Setelah
pertimbangan beberapa hari, Antoninus menerima tawaran dari kaisar
Hadrian. Dia diadopsi pada 25 Februari 138 AD.
Apa yang dimaksud
dengan pemilik dua tanduk?
Anda mungkin pernah
mendengar sosok Sahabat Nabi bernama Utsman bin Affan. Ia menikah
dengan Ruqayyah, seorang putri Rasulullah. Ruqayyah meninggal
bertepatan saat berlangsungnya perang badar. Inilah yg menyebabkan
dia tidak ikut serta dalam perang Badar karena merawat istrinya,
itupun setelah ia mendapat izin dari Rasulullah. Rasulullah kemudian
menikahkannya dengan putrinya yang lain, yaitu Ummu Kultsum. Para
Ulama berkata: "tak ada seorangpun yang menikahi dua putri
seorang Nabi kecuali Utsman bin Affan. Oleh sebab itu Utsman diberi
gelar Dzun Nurain (Pemilik dua cahaya).”
Taurobolium. Image: Wikimedia |
Kasus
yang terjadi pada Antoninus Pius memiliki kesamaan dengan Utsman bin
Affan. Kalau Utsman bin Affan memiliki dua putri Nabi Muhammad, maka
Antoninus Pius memiliki dua anak angkat yang kelak memimpin
kekaisaran Romawi secara bersama-sama (dua kaisar dalam satu
periode).
Di
atas sudah dijelaskan bahwa Antoninus Pius perlu beberapa hari
mempertimbangkan tawaran dari kaisar Hadrian. Hal ini karena kaisar
Hadrian meminta persyaratan kepada Antoninus Pius. Sebagai
persyaratan, Antoninus Pius diminta untuk mengadopsi anak dari Lucius
Aelius yang bernama Lucius Verus. Antoninus Pius juga diminta oleh
kaisar untuk mengadopsi keponakannya yang bernama Marcus Aurelius.
Keduanya kelak menjadi kaisar Romawi setelah periode Antoninus Pius.
Atas permintaan Hadrian, putri Antoninus yang bernama Annia Galeria
Faustina Minor bertunangan dengan Lucius Verus.
Kemudahan
untuk menempuh suatu jalan (persoalan)
Antoninus
tergolong unik di antara para kaisar Romawi yang lain karena ia mampu
menangani urusan pemerintahan tanpa meninggalkan Italia selama
pemerintahannya. Pelaksanaan ditangani melalui para gubernur melalui
surat kekaisaran ke
kota-kota. Surat dari kaisar diperlihatkan kepada publik. Gaya
pemerintah Antoninus Pius sangat dipuji oleh orang sezamannya dan
oleh generasi selanjutnya.
Surat Antoninus Pius. Image: Wikimedia |
Al-Quran
menjelaskan hal ini sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami
telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah
memberikan kepadanya jalan (untuk
mencapai) segala sesuatu. [Quran 18: 84]
Kata
sababaan
(jalan) bisa dimaknai sebagai sebab. Surat yang diperlihatkan kepada
publik dianggap mewakili Antoninus Pius. Kata sababaan dalam
hal ini memiliki kaitan dengan segala problem pemerintahan yang ada
di dalam kekaisaran Romawi.
Iman
kepada Allah dan hari Kiamat
Aspek
paling penting ketika membahas sosok Zul Qarnain adalah iman.
Mengingat kisah Zul Qarnain diturunkan oleh Allah sebagai jawaban
dari pertanyaan pemuka agama Yahudi (bisa juga kaum Nazarene) maka
Zul Qarnain harus beriman kepada Allah dan meyakini hari akhir. Para
cendekiawan menempatkan Antoninus Pius sebagai kandidat utama untuk
memenuhi peran sebagai teman dari Rabbi Judah Hanasi. Menurut Talmud,
Rabbi Judah Hanasi sangat kaya dan sangat dihormati di Roma. Dia
memiliki persahabatan dekat dengan Antoninus. Disebutkan bahwa
Antoninus sering berkonsultasi dengan Rabbi pada berbagai urusan
duniawi dan spiritual (A. Mischcon, Abodah Zara, p.10a Soncino,
1988).
Makam Judah Hanasi. Image: Wikimedia |
Walaupun
demikian, Antoninus belum sepenuhnya mengikuti ajaran Yudaisme secara
menyeluruh hingga ia akhirnya mendapat petunjuk dari Allah. Antoninus adalah kaisar yang banyak belajar mengenai
filsafat Yunani. Dia mempertanyakan konsepsi Yudaisme mengenai siksa
Allah setelah kematian bagi mereka yang melampaui batas. Kaisar
berpendapat bahwa sangat mudah bagi tubuh dan jiwa untuk membebaskan
diri mereka sendiri. Tubuh bisa mengatakan, "Ini adalah jiwa
yang melampaui batas, karena segera setelah ia meninggalkan saya maka
saya tidak bisa melakukan apa-apa layaknya seperti batu." Jiwa
bisa menjawab, "Ini adalah tubuh yang melampaui batas, karena
setelah terlepas maka saya terbang di udara". Jawaban Rabbi
menjelaskan hubungan yang tepat antara tubuh dan jiwa dengan
perumpamaan tentang orang yang buta dan orang yang lumpuh.
Antoninus
disebutkan sudah lama tertarik dengan Yudaisme. Ia mendirikan mezbah
bagi Tuhan Yahudi, tanpa benar-benar menjadi seorang Yahudi. Setelah cukup yakin; Antoninus memasuki perjanjian Abraham dan menjadi seorang Yahudi atau mungkin Nazarene. Legenda
kemudian,menganggap dia sebagai tipe dari penganut agama yang lurus. [bersambung]