Thursday, October 20, 2016

Mengungkap Sosok Zul Qarnain & Tembok Yakjuj Makjuj (Part 1)

Zul Qarnain (Arab: ذو القرنين Żū al-Qarnayn) adalah julukan seorang raja yang disebutkan di dalam Qur'an, ia digambarkan sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Zul Qarnain bukanlah nama sebenarnya. Secara harfiah Zul Qarnain memiliki arti 'pemilik dua tanduk' atau ia yang memiliki dua tanduk. Kisah mengenai Zul Qarnain dapat kita temukan dalam Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 83-98.

Zul Qarnain. Image: Wikimedia
Mengidentifikasi sosok Zul Qarnain dalam kajian sejarah yang otentik dan kredibel bukanlah perkara mudah. Ada beberapa clue yang harus bisa anda jelaskan terkait dengan keterangan yang ada di dalam Al-Quran:

Pertama, Zul Qarnain memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Mengacu pada Al-Quran, Zul Qarnain termasuk raja yang memiliki wilayah kekuasaan paling luas pada zamannya. Kedua, Zul Qarnain mendapat kemudahan untuk menempuh suatu jalan. Ketiga, Zul Qarnain berkuasa sebelum abad ke-6 AD (sebelum era Nabi Muhammad). Keempat, Zul Qarnain harus beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Kelima, sosok Zul Qarnain harus memiliki keterkaitan dengan kaum Yahudi (Ahli Kitab). Hal ini mengingat bahwa kisah Zul Qarnain diceritakan di dalam Al-Quran sebagai jawaban atas tantangan dari pemuka kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad. Keenam, anda harus bisa menjelaskan mengenai istilah 'dia pemilik dua tanduk'.

Ketujuh, anda harus bisa menjelaskan mengenai kaum di wilayah matahari terbenam, dekat dengan laut yang berlumpur. Kedelapan, anda harus bisa menjelaskan mengenai kaum di wilayah matahari terbit. Kaum ini tidak memiliki perlindungan bahkan dari sinar Matahari. Kesembilan, anda harus bisa menjelaskan mengenai siapa Yakjuj & Makjuj, darimana mereka berasal. Kesepuluh, anda harus bisa menjelaskan mengenai tembok yang terbuat dari besi dan tembaga. Kesebelas, anda harus bisa menjelaskan bahwa Zul Qarnain adalah penguasa yang adil dan bijaksana.

Berdasarkan beberapa kriteria di atas, Zul Qarnain kemungkinan adalah Antoninus Pius, kaisar Romawi yang berkuasa pada tahun 138-161 AD.

Antoninus Pius. Image: Wikimedia
Antoninus Pius lahir pada tahun 86 AD di wilayah Lanuvium. Dia adalah anak seorang konsul di kekaisaran Romawi. Ayah Antoninus meninggal ketika Antoninus baru berumur tiga tahun. Antoninus Pius kemudian diasuh oleh kakeknya. Setelah dewasa, Antoninus menikah dengan wanita bangsawan bernama Annia Galeria Faustina. Mereka tercatat telah menikmati pernikahan yang bahagia. Faustina adalah seorang wanita cantik, dan meskipun (pada dasarnya tidak ada bukti) rumor negatif tentang perilaku Faustina, tampak bahwa Antoninus sangat menyayangi isterinya. Dari pernikahan tersebut mereka memiliki empat anak. Tetapi tiga diantaranya meninggal sebelum orang tua mereka menjadi pemimpin kekaisaran Romawi.

Karir Antoninus Pius diawali sebagai Quaestor (jabatan publik yang bertugas mengawasi urusan keuangan). Selanjutnya sebagai Praetor (jabatan publik yang bertugas mengurusi kasus-kasus masyarakat). Pada tahun 120 AD, Antoninus Pius menjabat sebagai seorang konsulat. Kompetensi dan kepribadian yang baik membuat dia ditunjuk oleh Kaisar Hadrian sebagai salah satu dari empat gubernur untuk mengelola Italia. Setelah beberapa tahun, Antoninus Pius menjadi gubernur di wilayah Asia.

Bagaimana Antoninus Pius bisa menjadi kaisar Romawi?

Kaisar Hadrian tidak memiliki anak sebagai pewaris tahta kekaisaran Romawi. Sebagai solusi, Hadrian kemudian memilih orang kepercayaannya yang Lucius Aelius sebagai penggantinya kelak, mengadopsi dia sebagai anaknya. Meskipun Lucius tidak memiliki pengalaman militer, ia menjabat sebagai senator. Selain itu, dia memiliki koneksi politik yang kuat. Walaupun demikian, Lucius Aelius memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Romawi pada masa Antoninus Pius. Image: Wikimedia
Setelah penempatan satu tahun di perbatasan Danube, Lucius Aelius kembali ke Roma untuk menyampaikan suatu pidato kepada senat. Pada malam sebelum pidato ia mengalami sakit, dan meninggal pada hari berikutnya. Pada 24 Januari 138 AD, Hadrian memilih Antoninus Pius sebagai penggantinya. Setelah pertimbangan beberapa hari, Antoninus menerima tawaran dari kaisar Hadrian. Dia diadopsi pada 25 Februari 138 AD.

Apa yang dimaksud dengan pemilik dua tanduk?

Anda mungkin pernah mendengar sosok Sahabat Nabi bernama Utsman bin Affan. Ia menikah dengan Ruqayyah, seorang putri Rasulullah. Ruqayyah meninggal bertepatan saat berlangsungnya perang badar. Inilah yg menyebabkan dia tidak ikut serta dalam perang Badar karena merawat istrinya, itupun setelah ia mendapat izin dari Rasulullah. Rasulullah kemudian menikahkannya dengan putrinya yang lain, yaitu Ummu Kultsum. Para Ulama berkata: "tak ada seorangpun yang menikahi dua putri seorang Nabi kecuali Utsman bin Affan. Oleh sebab itu Utsman diberi gelar Dzun Nurain (Pemilik dua cahaya).”

Taurobolium. Image: Wikimedia
Kasus yang terjadi pada Antoninus Pius memiliki kesamaan dengan Utsman bin Affan. Kalau Utsman bin Affan memiliki dua putri Nabi Muhammad, maka Antoninus Pius memiliki dua anak angkat yang kelak memimpin kekaisaran Romawi secara bersama-sama (dua kaisar dalam satu periode).

Di atas sudah dijelaskan bahwa Antoninus Pius perlu beberapa hari mempertimbangkan tawaran dari kaisar Hadrian. Hal ini karena kaisar Hadrian meminta persyaratan kepada Antoninus Pius. Sebagai persyaratan, Antoninus Pius diminta untuk mengadopsi anak dari Lucius Aelius yang bernama Lucius Verus. Antoninus Pius juga diminta oleh kaisar untuk mengadopsi keponakannya yang bernama Marcus Aurelius. Keduanya kelak menjadi kaisar Romawi setelah periode Antoninus Pius. Atas permintaan Hadrian, putri Antoninus yang bernama Annia Galeria Faustina Minor bertunangan dengan Lucius Verus.

Kemudahan untuk menempuh suatu jalan (persoalan)

Antoninus tergolong unik di antara para kaisar Romawi yang lain karena ia mampu menangani urusan pemerintahan tanpa meninggalkan Italia selama pemerintahannya. Pelaksanaan ditangani melalui para gubernur melalui surat kekaisaran ke kota-kota. Surat dari kaisar diperlihatkan kepada publik. Gaya pemerintah Antoninus Pius sangat dipuji oleh orang sezamannya dan oleh generasi selanjutnya.

Surat Antoninus Pius. Image: Wikimedia
Al-Quran menjelaskan hal ini sebagai berikut:

Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu. [Quran 18: 84]

Kata sababaan (jalan) bisa dimaknai sebagai sebab. Surat yang diperlihatkan kepada publik dianggap mewakili Antoninus Pius. Kata sababaan dalam hal ini memiliki kaitan dengan segala problem pemerintahan yang ada di dalam kekaisaran Romawi.

Iman kepada Allah dan hari Kiamat

Aspek paling penting ketika membahas sosok Zul Qarnain adalah iman. Mengingat kisah Zul Qarnain diturunkan oleh Allah sebagai jawaban dari pertanyaan pemuka agama Yahudi (bisa juga kaum Nazarene) maka Zul Qarnain harus beriman kepada Allah dan meyakini hari akhir. Para cendekiawan menempatkan Antoninus Pius sebagai kandidat utama untuk memenuhi peran sebagai teman dari Rabbi Judah Hanasi. Menurut Talmud, Rabbi Judah Hanasi sangat kaya dan sangat dihormati di Roma. Dia memiliki persahabatan dekat dengan Antoninus. Disebutkan bahwa Antoninus sering berkonsultasi dengan Rabbi pada berbagai urusan duniawi dan spiritual (A. Mischcon, Abodah Zara, p.10a Soncino, 1988).

Makam Judah Hanasi. Image: Wikimedia
Walaupun demikian, Antoninus belum sepenuhnya mengikuti ajaran Yudaisme secara menyeluruh hingga ia akhirnya mendapat petunjuk dari Allah. Antoninus adalah kaisar yang banyak belajar mengenai filsafat Yunani. Dia mempertanyakan konsepsi Yudaisme mengenai siksa Allah setelah kematian bagi mereka yang melampaui batas. Kaisar berpendapat bahwa sangat mudah bagi tubuh dan jiwa untuk membebaskan diri mereka sendiri. Tubuh bisa mengatakan, "Ini adalah jiwa yang melampaui batas, karena segera setelah ia meninggalkan saya maka saya tidak bisa melakukan apa-apa layaknya seperti batu." Jiwa bisa menjawab, "Ini adalah tubuh yang melampaui batas, karena setelah terlepas maka saya terbang di udara". Jawaban Rabbi menjelaskan hubungan yang tepat antara tubuh dan jiwa dengan perumpamaan tentang orang yang buta dan orang yang lumpuh.

Antoninus disebutkan sudah lama tertarik dengan Yudaisme. Ia mendirikan mezbah bagi Tuhan Yahudi, tanpa benar-benar menjadi seorang Yahudi. Setelah cukup yakin; Antoninus memasuki perjanjian Abraham dan menjadi seorang Yahudi atau mungkin Nazarene. Legenda kemudian,menganggap dia sebagai tipe dari penganut agama yang lurus. [bersambung]