Thursday, June 23, 2016

Sosok Firaun Dalam Kisah Nabi Musa Dan Nabi Harun

Kisah Nabi Musa a.s dan Nabi Harun a.s diceritakan hingga beberapa kali di dalam Al-Quran. Secara garis besar, kisah ini menceritakan tentang perjuangan Nabi Musa dan Nabi Harun (mewakili sosok baik) menghadapi Firaun (mewakili sosok jahat). Firaun sendiri bukanlah nama orang melainkan julukan untuk penguasa Mesir kuno. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri kita mengenai siapa sosok Firaun – dalam sejarah nyata - yang bisa memenuhi kriteria dalam kisah tersebut.

Image: @zabjard3
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran maka Firaun legendaris itu kemungkinan adalah Khufu (2589–2566 BCE) yang memerintah pada masa Dinasti Keempat. Para sejarawan berbeda pendapat mengenai berapa lama dia berkuasa. Sejarawan Yunani Herodotus mencatat bahwa Khufu berkuasa selama 50 tahun. Manetho mencatat bahwa Khufu berkuasa selama 63 tahun. Adapun sejarawan modern memperkirakan bahwa Khufu berkuasa selama 23 atau 46 tahun.

Herodotus menggambarkan Khufu sebagai tiran yang sesat dan kejam. Dalam karya sajiannya Historiae, Book II, bab 124-126, dia menulis: "Sebelum Kheops (sebutan lain untuk Khufu) menjadi raja, seperti yang mereka katakan kepada saya, Mesir penuh dengan kebaikan, dan tanahnya makmur. Tetapi setelah KhĂ©ops menjadi Raja atas mereka, dia membawa mereka ke segala jenis penderitaan. Dia menutup semua tempat ibadah. Kemudian dia memaksa semua orang Mesir untuk bekerja untuknya. Maka beberapa orang diperintahkan untuk menarik batu dari tambang batu. Di pegunungan Arab sampai ke sungai Nil, dan yang lainnya dipaksa menerima batu-batu itu setelah dibawa ke sungai dengan perahu. Batu-batu tersebut ditarik ke gunung-gunung yang disebut Libya dan mereka bekerja dengan 100.000 orang sekaligus, untuk masing-masing tiga bulan terus-menerus.”

Al-Quran menjelaskan perbudakan yang dilakukan oleh Fir'aun terhadap kaum Nabi Musa – Bani Israil – dalam ayat berikut:

Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu. [Surat Al-A’raf ayat 129]

Dalam ayat yang lain, Al-Quran menjelaskan tentang ketakutan yang dialami Bani Israil akibat peraturan kerajaan Mesir kuno yang melarang mereka menjalankan ibadah.

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. [Surat Yunus ayat 83]

Ketakutan yang dirasakan penduduk Mesir kuno pada umumnya dan Bani Israil pada khususnya cukup beralasan sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:

Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". [Surat Asy-Syu'ara' ayat 29]

Penjara di masa Firaun sangat mengerikan keadaannya, karena seseorang ditahan di suatu tempat di bawah tanah dalam keadaan menyendiri, sehingga tidak dapat melihat apa-apa dan tidak dapat mendengar suara seorang manusia pun. Ayat diatas sekaligus memberi informasi bahwa Firaun menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Menurut catatan sejarah, Khufu mengendalikan pemerintahan secara absolut. Sebagai contoh, ia memiliki kendali penuh terhadap persediaan bahan makanan bagi rakyat Mesir. Termasuk dalam hal ini adalah mengawasi hasil panen. Lebih jauh, Khufu mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan dan mengesampingkan peran para pendeta serta pemuka agama lainnya.

Sejarawan kuno Diodorus menyatakan bahwa Khufu begitu dibenci oleh bangsanya sendiri. Bahkan  otoritas keagamaan yang berwenang mengurus pemakaman raja secara diam-diam membawa sarkofagus kerajaan, bersama dengan mayat Khufu, ke kuburan tersembunyi lainnya.

Haman: Arsitek Dan Pengawas Proyek Konstruksi Kerajaan

Dikenal juga sebagai Hemiunu atau Hemon. Dia adalah seorang wazir pada masa pemerintahan Khufu – yang merupakan pamannya sendiri - dikreditkan karena telah menjadi arsitek dari piramida Giza. Dari sebuah artefak terdapat keterangan bahwa Hemiunu memiliki banyak posisi penting dalam kerajaan Mesir kuno sebagai berikut:

"Anggota elit, pejabat tinggi, wazir, pembawa segel raja, pelayan Nekhen, dan juru bicara setiap penduduk Pe, pendeta Bastet, pendeta Shesmetet, pendeta Banebdjed (Ram of Mendes), Penjaga Lembu Apis, Penjaga Lembu Putih, yang tuannya cintai, penatua istana, imam besar Thoth, yang tuannya cintai, pegawai istana, Pengawas Ahli Kitab Kerajaan, pendeta Dewi Panther, Direktur Musik Selatan dan Utara, Pengawas dari Semua Proyek Konstruksi Raja, putra raja dari tubuhnya sendiri".

Image: lookandlearn.com
Al-Quran menjelaskan mengenai Haman dan kedudukannya dalam kerajaan Mesir kuno sebagai berikut:

Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". [Surat Al-Qasas ayat 38]

Hingga dinasti ke empat, jabatan wazir hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga Firaun. Kewajiban utama wazir adalah mengawasi pelaksanaan negara, sama seperti perdana menteri. Semua pengawas dan pejabat lainnya yang lebih rendah, seperti pemungut cukai dan juru tulis, harus memberian laporan kepada wazir. Wazir adalah penguasa kedua dan memberikan laporan langsung kapada Firaun. Mereka mengawasi administrasi politik, mengelola sistem perpajakan, memantau pasokan makanan, mendengarkan masalah antara para bangsawan dan menyelesaikannya, serta memastikan keamanan keluarga kerajaan. Mereka juga memiliki posisi terhormat di Pengadilan Tinggi.

Kita yang hidup di zaman modern patut bersyukur karena bisa menjalankan ibadah tanpa teror atau intimidasi. Terkait hal ini, terdapat Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa memelihara shalat, ia akan menjadi cahaya, bukti dan penyelamat baginya pada hari kiamat. Dan barang siapa tidak memeliharanya, ia tidak akan menjadi cahaya, bukti dan penyelamat baginya kemudian pada hari kiamat dia akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” (Ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam musnadnya 2/169, Ad Darami 2/301, Imam Al Mundziri berkata dalam At Targhib wat Tarhib 1/440: diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad Jaid).

Peradaban kuno yang hilang

Orang-orang Mesir kuno umumnya menggunakan batu bata lumpur dalam pembangunan rumah mereka. Batu bata lumpur menyediakan pasokan bahan bangunan yang murah dan efisien. Tanah Mesir, yang secara berkala dicuci oleh genangan air Sungai Nil tahunan, adalah tanah liat hitam yang kompak dan homogen, yang menjadi padat saat kering. Batu bata lumpur terdiri dari balok lumpur yang dicampur dengan jerami dan sedikit pasir, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Orang-orang Mesir kuno mampu menghasilkan antara 1000 - 1800 batu bata dalam sehari.

Pecahan tembikar kerajaan Mesir kuno. Image: Wikimedia
Para arkeolog telah menemukan dan mengidentifikasi struktur lantai bangunan yang terdiri dari dua lapis pada masa pemerintahan Khufu. Lapisan awal terletak pada permukaan berpasir. Di atas lapisan awal ini ada lapisan lain dengan struktur bata lumpur. Peneliti juga menemukan serpihan-serpihan tembikar di seluruh wilayah permukiman. Secara keseluruhan, ada delapan ribu serpihan tembikar. Sisa-sisa bangunan bata lumpur yang disambung dengan tembikar era kerajaan lama menunjukkan bahwa daerah ini adalah bagian dari kota piramida yang terkait dengan kompleks piramida Khufu. Penyelesaian bangunan tersebut dimaksudkan untuk melayani orang-orang yang terlibat dalam ritual pemujaan terhadap raja Khufu setelah kematiannya.

Al-Quran menjelaskan hal ini sebagai berikut:

Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka. [Surat Al-A’raf ayat 137]

Untuk membuat tembikar tidak bisa lepas dari alat yang disebut dengan Kiln, semacam tungku atau oven untuk membakar tembikar hingga menjadi keras. Sebuah studi menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno sudah mampu membuat gelas menggunakan Kiln yang diperkirakan telah berusia 3000 tahun. Dengan demikian, mengacu pada bukti arkeologi dan sejarah, yang dimaksud dengan ''tanah liat yang dibakar'' dalam ayat di atas adalah tembikar. Adapun yang dimaksud dengan bangunan yang tinggi (Sarh) adalah proyek konstruksi untuk membuat semacam menara atau istana yang sangat tinggi menggunakan batu bata lumpur.

Mengapa Piramida Giza Tidak Hancur?

Kalau piramida Giza dibangun pada era pemerintahan Khufu, bukankah bangunan ini seharusnya ikut musnah? Para peneliti berbeda pendapat mengenai usia piramida Giza. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa piramida ini dibuat pada 2589-2504 BC. Rentang tahun ini adalah masa dimana Khufu berkuasa. Tetapi sebagian peneliti yang lain berpendapat bahwa usia piramida Giza yang sebenarnya adalah 374 tahun lebih awal dari perkiraan para arkeolog. Para peneliti tersebut juga berpendapat bahwa piramida Giza bukan dibangun pada era pemerintahan Khufu, tetapi oleh peradaban yang lebih tua.

Piramida Giza. Image: Wikimedia
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh sejarawan Arab bernama Ibn Abd Alhukm bahwa piramida Giza tidak dibangun oleh Khufu, melainkan oleh seorang raja Mesir bernama Saurid Ibn Salhouk. Dia berkuasa 300 tahun sebelum terjadinya banjir besar. Ada perbedaan tahun yang signifikan, tetapi yang ditekankan disini adalah bahwa piramida Giza tidak dibangun oleh raja Khufu.

Mesir Memiliki Sejarah Panjang Para Perampok Kuburan

Hampir semua situs arkeologi di Mesir telah mengalami penjarahan di masa lalu. Tradisi kerajaan Mesir kuno yang mengubur para bangsawan beserta perhiasan dan benda-benda bernilai tinggi telah menarik perhatian para pemburu harta. Satu-satunya situs bersejarah di Mesir yang aman dari penjarahan adalah Valley of the Mummies. Dari 11 makam yang berisi lebih dari 250 mumi yang telah ditemukan sejauh ini, belum ada yang mengalami penjarahan.

Image: Wikimedia
Makam Khufu sendiri tidak berada di Valley of the Mummies melainkan di dalam Piramida Giza. Makam disegel dengan tiga pintu batu berukuran tebal, namun menurut Zahi Hawass, ada bukti bahwa para pencuri abad ke-19 menggunakan bahan peledak untuk menghancurkan tiga segel tersebut. Selama berabad-abad, para pencuri mengosongkan makam mumi, menjarah harta mereka kemudian menggunakan makam yang sama untuk mengubur keluarga mereka sendiri. Beberapa periode kemudian, generasi perampok kuburan lain datang, merampok situs itu lagi kemudian mendaur ulang untuk penguburan mereka sendiri.

Al-Quran memberikan memberikan keterangan mengenai apa yang terjadi kepada Firaun setelah tenggelam di lautan dalam ayat berikut:

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. [Quran 10: 92]

Ketika Herodotus mengunjungi Mesir pada abad ke 5 BCE, ia tidak dapat memasuki bangunan piramida Giza karena pintu masuknya tersembunyi – dan masih disegel. Dia menerima informasi bahwa itu adalah sebuah makam yang dibangun untuk raja yang lalim dan kubah penguburan raja berada di bawah tanah – di bawah piramida – dan bukan ruangan di dalam piramida.

Terlepas dari spekulasi mengenai keberadaan makam Khufu, tafsir Ibnu Katsir sendiri menyatakan sebagai berikut:

Ibnu Abbas dan yang lainnya dari kalangan Salaf mengatakan: "Beberapa Bani Israil meragukan kematian Fir'aun sehingga Allah memerintahkan laut untuk melemparkan tubuhnya - utuh, tanpa ruh - dengan armor yang menjadi ciri khasnya. Mayat itu dilemparkan ke tempat yang tinggi di tanah itu sehingga Bani Israil bisa memastikan kematian dan kehancurannya.''

Artinya itu adalah bukti kematian dan kehancuran Firaun bagi Bani Israel. Itu juga sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa, dalam menentukan nasib semua makhluk. Wallaahu a'lam bishawaab.