Hampir sebagian besar
kandungan bijih besi di bumi ditemukan di batuan yang dikenal sebagai
formasi besi terikat (banded iron formations). Sekitar 3 milyar tahun yang lalu belum ada atau sangat sedikit oksigen yang
terlarut dalam lautan. Hal ini karena tanaman yang menghasilkan
oksigen belum berkembang. Lautan pada saat itu mengandung banyak
silika terlarut, yang berasal dari pelapukan batuan. Silika ini
kemudian diendapkan oleh air laut, yang perlahan-lahan mengeras
menjadi batuan rijang.
Selain silika terlarut,
pelapukan batuan juga menghasilkan besi oksida larut. Sekitar 2,5 milyar tahun yang lalu bentuk kehidupan penghasil oksigen mulai
berkembang, oksigen telah menjadi bagian dari atmosfer bumi. Pada
akhirnya oksigen juga larut dalam air laut, bereaksi dengan besi
oksida larut untuk membentuk besi oksida tidak larut. Proses
selanjutnya adalah pengendapan ke dasar laut sebagai mineral magnetit
(Fe3O4) dan hematit (Fe2O3). Selama jutaan tahun proses-proses
pengendapan silika dan besi oksida diulang lagi dan lagi,
mengakibatkan pengendapan lapisan rijang, hematit dan magnetit.
Jadi, substansi dari
terbentuknya besi di bumi adalah proses pengulangan pengendapan
silika dan besi oksida dari lautan. Walaupun demikian, ada kasus yang
menarik kalau kita berbicara mengenai eksistensi besi di bumi.
Perhatikan kutipan artikel berikut:
“ Meteorit Hoba adalah
meteorit
terbesar yang diketahui memiliki kandungan besi
native. Meteorit ini ditemukan pada tahun 1920 oleh petani dari
pertanian Hoba Barat dekat Grootfontein di Namibia utara. Menurut
cerita, petani sedang membajak sawah-nya, ketika ia mendengar suara
aneh seperti gesekan antara dua logam. Setelah penyelidikan lebih
dekat petani menemukan sebuah batu besar dari besi, berukuran sekitar
2.95 x 2.84 meter. Besi ini diperkirakan memiliki berat yang mencapai
60 ton. Pemerintah setempat tidak berniat untuk membuang batu, mereka
juga tidak memotong besi tersebut menjadi potongan kecil. Jadi
meteorit Hoba tetap di situs penemuannya sampai hari ini.
Hoba memiliki komposisi
kimia 82,4 persen besi, 16,4 persen nikel, 0,8 persen Cobalt dan
unsur logam lainnya. Meteorit ini memiliki karakteristik yang
membingungkan. Di satu sisi, Hoba termasuk kelas yang sangat langka
dan didefinisikan sebagai nikel diperkaya dengan ataxite. Ataxites
terdiri hampir seluruhnya komponen padat. Di sisi lain, tidak adanya
bekas kawah. Hoba menghantam bumi - diperkirakan 80.000 SM lalu -
pada sudut yang sangat rendah.
Sejak penemuannya
meteorit Hoba kehilangan sekitar setengah ton material melalui
pengambilan sampel ilmiah dan sebagai souvenir oleh
wisatawan. Tanda dari gergaji besi dapat dikenali dengan mudah di
permukaan meteorit. Pada tahun 1955, Hoba dinyatakan sebagai Monumen
Nasional, namun, aksi pengerusakan meteorit terus terjadi. Akhirnya
yayasan Rossing mendanai secara menyeluruh upaya pelestarian meteorit
itu pada tahun 1988. ”
Perhatikan kata yang
ditulis dalam warna biru dalam artikel di atas. Keterangan
mengenai hal ini terdapat dalam ayat berikut:
... Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi
itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [Quran 57:25]
Kata 'anzalna'
secara literal artinya diturunkan secara fisik. Jadi, kata wa'anzalna alhadid
maknanya adalah besi diturunkan dari langit.
Pengetahuan modern telah mampu menjelaskan hal ini melalui eksistensi
besi
meteorit.
Besi
meteorit adalah meteorit yang terdiri dari paduan besi-nikel,
biasanya terdiri dari dua fase mineral, kamacite dan taenite. Besi
meteorit dikaitkan dengan asteroid jenis-M karena keduanya
memiliki karakteristik spektral yang sama dalam tampilan dan
inframerah. Besi meteorit juga dianggap sebagai fragmen dari inti
asteroid kuno berukuran besar yang telah hancur.
Besi
meteorit secara historis sudah digunakan dalam berbagai keperluan
sejak zaman kuno. Besi ditempa menjadi benda-benda budaya, alat-alat
atau senjata. Manik-manik berbentuk tabung yang ditemukan para
arkeolog pada tahun 1911 adalah salah satu bukti tertua penggunaan besi meteorit dalam peradaban manusia. Benda tersebut ditemukan di
sebuah pemakaman di Gerzeh, sekitar 70 kilometer sebelah selatan
Kairo. Dari hasil penelitian, manik-manik
diperkirakan berusia sekitar 3.300 SM.
Pisau
belati milik fir'aun Tutankhamun juga telah dikonfirmasi terbuat dari
besi meteorit. Penelitian menunjukkan bahwa senjata raja tersebut
mengandung nikel dan kobalt yang biasanya terdapat pada besi meteor. Studi ini menegaskan bahwa kerajaan Mesir kuno telah
menggunakan besi meteor untuk membuat benda berharga. Kualitas
produksi yang tinggi dari pisau belati
Tutankhamun adalah bukti penguasaan signifikan pandai besi pada masa
itu.
Selain
fir'aun Tutankhamun, kaisar Jahangir (1605-1624) dari dinasti Mughal
ternyata juga punya pisau belati dari bahan yang sama. Menurut
catatan sejarah, ada meteorit
yang mendarat di wilayah kerajaan Mughal. Rasa takjub kaisar terhadap
fenomena tersebut ditindaklanjuti dengan menempa meteorit tersebut
menjadi pisau belati. Wallahu a'lam.