Friday, February 5, 2016

Pegunungan Memiliki Akar Mengapung Pada Mantel Bumi

Penelitian membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar apung yang memanjang ke dalam mantel di bawah pegunungan. Akar pada pegunungan umumnya sekitar 5,6 kali lebih dalam dari tinggi pegunungan. Keberadaan akar apung memiliki implikasi penting bagi masa pegunungan. Hal ini karena ketika terjadi erosi yang menghilangkan materi dari puncak gunung, maka akar apung akan naik ke atas dalam jumlah tertentu (setara dengan perbedaan kepadatan antara akar apung (kerak) dan mantel).

Pegunungan Appalachian. Image: Wikimedia
Sebagai contoh, dalam kasus gunung es yang berdiri 10 meter di atas permukaan laut, kalau semua gunung es mencair dari atas, maka akar apung akan segera mendorong ke atas hingga mencapai ketinggian 9 meter. Artinya, gunung es hanya kehilangan 1 meter saja dari ketinggian semula. Dengan demikian gunung es akan mampu bertahan lebih lama karena akar apung yang terus mengganti (dari bawah permukaan laut) es yang mencair di atas permukaan air.

Al-Quran menjelaskan hal ini dalam ayat berikut:

Dan gunung-gunung sebagai pasak? [Surat An-Naba’ Ayat 7]

Kata أَوْتَادًا atau “pasak” secara bahasa adalah “peg” yaitu memperbaiki atau memperkuat dengan pasak. Peg bisa juga bermakna benda berbentuk silinder pendek, biasanya meruncing di salah satu ujungnya.

Dalam sebuah studi mengenai erosi di Appalachian menunjukkan bahwa selama 270 juta tahun terakhir, erosi telah menghilangkan rata-rata 0,02 milimeter setiap tahun material dari pegunungan (atau 2 milimeter per seratus tahun). Kalau pegunungan Appalachian tidak memiliki akar apung, maka pegunungan ini sudah datar karena erosi sekitar 200 juta tahun yang lalu. Karena adanya akar apung, maka pegunungan ini tetap kokoh berdiri setidaknya sekitar 1,2 milyar tahun.


Dalam ayat lain, terdapat keterangan sebagai berikut:

Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. [Surat An-Nazi’at ayat 32]

Setelah lempeng tektonik membangun pegunungan, akar apung yang mendasari memungkinkan pegunungan untuk mengambang dalam waktu yang sangat lama bahkan oleh pengikisan. Konsep gunung sebagai pasak mengacu pada hukum Archimedes yang menyatakan bahwa jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya.

Hal ini disebut isostasy, mengacu pada daya apung dari kerak bumi. Dalam hal ini, kerak bumi yang kurang padat mengapung pada mantel cair yang lebih padat di bawahnya. Ketika erosi di permukaan menghilangkan massa pegunungan, isostasy merespon dengan mengangkat seluruh gunung untuk menggantikan sekitar 80 persen dari massa yang terkikis. Wallaahu a’lam bishawaab.