Penelitian membuktikan bahwa
gunung-gunung memiliki akar apung yang memanjang ke dalam mantel di bawah
pegunungan. Akar pada pegunungan umumnya sekitar 5,6 kali lebih dalam dari
tinggi pegunungan. Keberadaan akar apung memiliki implikasi penting bagi masa
pegunungan. Hal ini karena ketika terjadi erosi yang menghilangkan materi dari
puncak gunung, maka akar apung akan naik ke atas dalam jumlah tertentu (setara
dengan perbedaan kepadatan antara akar apung (kerak) dan mantel).
Pegunungan Appalachian. Image: Wikimedia |
Sebagai contoh, dalam kasus
gunung es yang berdiri 10 meter di atas permukaan laut, kalau semua gunung es
mencair dari atas, maka akar apung
akan segera mendorong ke atas hingga mencapai ketinggian 9 meter. Artinya,
gunung es hanya kehilangan 1 meter saja dari ketinggian semula. Dengan demikian
gunung es akan mampu bertahan lebih lama karena akar apung yang terus mengganti
(dari bawah permukaan laut) es yang mencair di atas permukaan air.
Al-Quran menjelaskan hal ini
dalam ayat berikut:
Dan gunung-gunung sebagai pasak? [Surat An-Naba’ Ayat 7]
Kata أَوْتَادًا atau “pasak” secara bahasa adalah “peg” yaitu memperbaiki
atau memperkuat dengan pasak. Peg bisa juga bermakna benda berbentuk
silinder pendek, biasanya meruncing di salah satu ujungnya.
Dalam sebuah studi mengenai erosi
di Appalachian menunjukkan bahwa selama 270 juta tahun terakhir, erosi telah
menghilangkan rata-rata 0,02 milimeter setiap tahun material dari pegunungan
(atau 2 milimeter per seratus tahun). Kalau pegunungan Appalachian tidak
memiliki akar apung, maka pegunungan
ini sudah datar karena erosi sekitar 200 juta tahun yang lalu. Karena
adanya akar apung, maka pegunungan ini tetap kokoh berdiri setidaknya sekitar
1,2 milyar tahun.
Dalam ayat lain, terdapat
keterangan sebagai berikut:
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. [Surat An-Nazi’at ayat 32]
Setelah lempeng tektonik
membangun pegunungan, akar apung yang mendasari memungkinkan pegunungan untuk mengambang
dalam waktu yang sangat lama bahkan oleh pengikisan. Konsep gunung sebagai
pasak mengacu pada hukum Archimedes yang menyatakan bahwa jika sebuah benda
dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya yang disebut gaya
apung (gaya ke
atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya.
Hal ini disebut isostasy, mengacu pada daya apung
dari kerak bumi. Dalam hal ini, kerak bumi yang kurang padat mengapung pada
mantel cair yang lebih padat di bawahnya. Ketika erosi di permukaan
menghilangkan massa pegunungan, isostasy
merespon dengan mengangkat seluruh gunung untuk menggantikan sekitar 80 persen
dari massa yang
terkikis. Wallaahu a’lam bishawaab.