Pada tahun 98-117 M,
kekaisaran Romawi diperintah oleh seorang kaisar bernama Trajan. Dia
berasal dari Seville (Spanyol). Hal ini membuatnya kaisar Romawi
pertama yang bukan berasal dari Italia. Awal karirnya dimulai sebagai jendral pada
masa kaisar Domitianus. Dia dianggap sangat berjasa
karena berhasil mengalahkan pemberontakan di perbatasan Jerman.
Pencapaian terbaiknya sebelum menjadi Kaisar Roma adalah
kontribusinya dalam mengalahkan pemberontakan Saturnius pada tahun 89
M.
Lokasi Bitinia et Pontus (merah tua). Image: Wikimedia |
Kaisar Domitianus
meninggal dan digantikan oleh Nerva pada tahun 96 M. Hanya saja,
Nerva tidak populer bagi kalangan prajurit Romawi. Setelah satu tahun
memerintah dengan penuh ketidakstabilan, dia membuat pilihan dengan
mengadopsi Trajan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan
sebagian prajurit Romawi yang memberontak. Nerva meninggal pada tahun
98 M. Trajan kemudian diangkat menjadi kaisar Romawi.
Perluasan wilayah
hingga Anatolia
Pada tahun 101 M, Trajan
melakukan invasi terhadap bangsa Dacia yang berada di wilayah
Rumania. Serangan dilakukan pada tahun 102 M dan 105
M. Bangsa Dacia akhirnya dikalahkan, kemudian secara
resmi diintegrasikan ke dalam Kekaisaran Romawi pada tahun 106 M. Perluasan wilayah
terus berlanjut hingga mencapai wilayah Asia Minor. Salah satu
wilayah yang dikuasai kekaisaran Romawi adalah Bitinia et Pontus di
pantai Laut Hitam dari Anatolia Turki.
Kaisar Trajan (Kiri) - Gubernur Pliny Muda (Kanan). Wikimedia |
Trajan menempatkan
seorang gubernur di Bitinia et Pontus bernama Pliny Muda; sekitar
bulan September tahun 111 M sebagai wakil dari kekaisaran Romawi.
Penduduk wilayah Bitinia et Pontus sebagian besar adalah pemeluk
ajaran Nasrani. Asal muasal agama Nasrani di wilayah tersebut tidak
diketahui, tetapi tidak memiliki kaitan dengan perjalanan Rasul
Paulus. Mengacu pada pembukaan Surat Pertama Petrus, ajaran Nasrani
di wilayah ini mungkin disebarkan oleh Sylvanus.
Penganiayaan terhadap
umat Nasrani
Dalam sejarah, kebijakan
anti-Nasrani di Kekaisaran Romawi terjadi selama lebih dari dua abad walaupun tidak secara terus menerus.
Penganiayaan umat Nasrani di Kekaisaran Romawi dilakukan oleh negara
dan juga oleh otoritas lokal. Dalam beberapa kasus, sering karena
keinginan masyarakat setempat. Terkait dengan wilayah Bitinia et
Pontus, Pliny Muda mengirim surat untuk Trajan mengenai bagaimana
kekaisaran Romawi harus mengambil sikap terhadap umat Nasrani. Ada
tiga pertanyaan yang ditujukan kepada Trajan dalam surat tersebut:
Pertama,
Apakah terdapat perbedaan perlakuan menurut usia? Apakah umat Nasrani
yang masih sangat muda diperlakukan berbeda dari umat Nasrani yang
sudah dewasa? Kedua, Apakah seorang tertuduh yang menyangkal sebagai
seorang Nasrani berarti tertuduh diampuni? Ketiga, Apakah seseorang
dengan 'nama' Nasrani bisa menjadi alasan untuk menuduh yang
bersangkutan terindikasi dengan ajaran Nasrani?
Balasan singkat kaisar
Trajan untuk Pliny Muda adalah sebagai berikut:
Pertama,
Jangan mencari kaum Nasrani secara sengaja untuk diadili. (sebenarnya
sama saja, karena pemerintah Romawi meminta otoritas lokal untuk
memantau dan melaporkan orang-orang yang dicurigai beragama Nasrani).
Kedua, Jika tertuduh terbukti sebagai kaum Nasrani, maka harus
dieksekusi (tidak ada perbedaan perlakuan menurut usia). Ketiga, Jika
tertuduh menyangkal bahwa mereka adalah kaum Nasrani dan menunjukkan
bukti dengan bersedia menyembah para dewa Romawi, maka mereka akan
diampuni. Keempat, Pliny Muda tidak boleh menggunakan kebijakan
tuduhan anonim (Maksudnya adalah pihak pelapor harus menyertakan jati
diri yang jelas).
Hukuman mati. Image: Wikimedia |
Cendekiawan modern
Leonard L. Thompson menyebut kebijakan tersebut sebagai 'bersisi dua'
karena di satu sisi, umat Nasrani tidak diburu. Mereka diadili hanya
jika ada tuduhan dari otoritas lokal terhadap mereka. Tapi jika
tuduhan terbukti, maka orang-orang Nasrani tersebut dieksekusi mati.
Teror ini tejadi pada tahun 112 M.
Baik Pliny Muda maupun
Trajan tidak pernah menyebutkan kejahatan apa yang dilakukan oleh
umat Nasrani. Hanya satu alasan: karena mereka beragama Nasrani.
Sumber-sumber sejarah lainnya tidak memberikan jawaban alternatif.
Tapi kemungkinan adalah sikap keras kepala umat Nasrani yang tidak
mau menyembah dewa-dewa Romawi. Bagi pemerintah Romawi, hal ini
dianggap sebagai bentuk permusuhan. Umat Nasrani dianggap tidak
mengakui eksistensi kekaisaran Romawi di wilayah mereka.
Tujuh pemuda saleh
yang berani menentang diktator
Teror yang dilakukan
pemerintah Romawi menciptakan rasa takut bagi penganut Nasrani. Bisa
jadi banyak diantara mereka memilih untuk melepaskan iman mereka,
menuruti keinginan pemerintah romawi. Walaupun demikian, terdapat
tujuh pemuda yang tetap teguh dengan iman mereka. Mereka tidak takut
sedikitpun dengan intimidasi dari penguasa Romawi.
Tujuh pemuda kahfi. Image: Wikimedia |
Al-Quran memberikan
keterangan dalam ayat berikut:
Dan Kami meneguhkan
hati mereka diwaktu mereka berdiri. Lalu mereka pun berkata, "Tuhan
kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak
menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". [Quran 18:
14]
Menurut legenda seven sleepers; Tujuh pemuda tersebut masing-masing bernama Maximilian,
Iamblicus, Martinian, John, Dionysius, Exacustodianus (Constantine)
dan Antoninus.
Pliny Muda memberikan
penjelasan tentang bagaimana cara dia mengadili seseorang yang
disinyalir sebagai penganut Nasrani. Pertama, ia bertanya apakah
tertuduh adalah seorang Nasrani. Jika tertuduh membantah, mereka
harus membuktikan itu dengan berdoa kepada dewa-dewa Romawi (menggunakan kata yang didikte oleh Pliny
Muda), menyajikan dupa dan anggur kepada gambar Trajan dan para dewa
Romawi, serta mengutuk Yesus. Pliny Muda mengatakan bahwa seorang
Nasrani sejati tidak akan berani atau mau melakukan itu.
Jika tertuduh mengaku
bahwa mereka penganut Nasrani, tetapi kemudian bersedia melepaskan
iman mereka, mengikuti keinginan Pliny Muda, maka mereka diampuni.
Jika tertuduh mengaku bahwa mereka penganut Nasrani dan tidak mau
melepaskan iman mereka, Pliny Muda akan menginterogasi mereka untuk
kedua kalinya – mengancam mereka dengan hukuman mati. Jika mereka
tidak menuruti keinginan pemerintah Romawi, Pliny Muda akan
menginterogasi mereka untuk yang ketiga kalinya - jika mereka tetap
bertahan dengan iman mereka, mereka dieksekusi mati atau dibawa ke
Roma jika mereka adalah warga negara Romawi.
Apakah akidah tujuh
pemuda tersebut sama seperti keyakinan umat Kristen saat ini?
Kisah Ashabul Kahfi dalam
Al-Quran sejatinya merupakan jawaban atas tantangan yang diajukan
oleh para pemuka agama Yahudi pada masa Nabi Muhammad. Keyakinan
tujuh pemuda tersebut tampaknya tidak sama dengan keyakinan umat
Kristen saat ini. Tujuh pemuda dalam kisah Ashabul Kahfi kemungkinan
adalah kaum Nazarenes, yaitu suatu kelompok yang muncul di dalam
komunitas orang-orang Kristen Yahudi sekitar abad pertama. Nazarenes
mengajarkan konsep Yesus sebagai 'Kristus abadi', yang lebih tinggi
dari malaikat agung, tetapi Yesus bukan Allah. Pandangan mereka
tentang Yesus hanyalah sebatas guru dan bukan penyelamat.
Injil Hebrew. Image: Wikimedia |
Perhatikan ayat berikut:
Kami kisahkan kepadamu
(Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula
untuk mereka petunjuk. [Quran 18: 13]
Kelompok ini menekankan
bahwa hukum Taurat masih berlaku. Mereka mempertahankan hukum Sabat,
pembasuhan sebelum berdoa, peraturan tentang makanan haram, dan
melakukan sunat. Kitab suci mereka adalah Injil Nazarenes yang sudah
tidak ada lagi di zaman sekarang. Mereka juga menolak doktrin yang
dibawa oleh Paulus.
Melarikan diri menuju
Ephesus
Kalau kita melihat
skenario yang diterapkan oleh Pliny Muda, sepertinya tidak mungkin
bagi para tertuduh yang diajukan ke pengadilan dapat melarikan diri.
Tetapi tujuh pemuda dari Bitinia et Pontus tampaknya memang
beruntung. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi mereka memiliki
kesempatan untuk melarikan diri dari wilayah tersebut. Mereka
kemudian berunding dan sepakat untuk bersembunyi di suatu gua di
wilayah Ephesus. Jarak yang harus ditempuh tergolong cukup jauh.
Ephesus. Image: Wikimedia |
Perhatikan ayat berikut:
Dan apabila kamu
meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka
carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan
melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang
berguna bagimu dalam urusan kamu. [Quran 18: 16]
Dengan membawa bekal dan
uang secukupnya, tujuh pemuda tersebut meninggalkan Bitinia et
Pontus. Dalam perjalanan mereka ditemani oleh seekor anjing yang
senantiasa mengikuti mereka. Bisa juga bahwa anjing tersebut
sebenarnya memang sengaja dibawa oleh mereka untuk keperluan tertentu
selama menjadi pelarian. Setelah sampai di dalam gua, mereka berdoa
kepada Allah agar senantiasa mendapat rahmat dan petunjuk terkait
persoalan yang menimpa mereka. Rasa lelah membuat mereka tertidur
pulas. Adapun anjing mereka berjaga di pintu masuk gua.
Tertidur selama
ratusan tahun
Karena kuasa dari Allah,
para pemuda tersebut tertidur untuk waktu yang sangat lama. Mereka
terbangun setelah waktu berlalu selama 309 tahun. Mereka meninggalkan
Bitinia et Pontus tidak akan jauh dari tahun 112 M, era dimana kaisar
Trajan menganiaya umat Nasrani melalui perantara Pliny Muda. Jadi,
tujuh pemuda Kahfi kemungkinan bangun pada tahun 421 M.
Koin perak era kaisar Trajan. Image: Wikimedia |
Perhatikan ayat berikut:
Dan mereka tinggal
dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
[Quran 18: 25]
Ketika mereka terbangun,
mereka bertanya satu sama lain mengenai berapa lama mereka tidur di
dalam gua. Diantara mereka ada yang menjawab bahwa mereka tidur
sekitar satu hari. Adapun yang lain menjawab bahwa mereka tidur
paling hanya setengah hari. Akhirnya mereka menghentikan perdebatan
karena merasa sangat lapar. Salah satu dari mereka ( Iamblicus)
diminta untuk pergi ke kota membeli makanan, menggunakan uang perak
yang mereka bawa pada saat melarikan diri dari Bitinia et Pontus.
Mereka berpesan kepada Iamblicus, agar bersikap waspada tetapi tetap
berlaku ramah kepada setiap orang untuk menghindari kecurigaan dari
masyarakat. Para pemuda tersebut juga berpesan kepada Iamblicus agar
jangan sekali-kali menceritakan keadaan mereka.
Singkat cerita, Iamblicus
sudah sampai di kota. Dia sangat kebingungan dan heran dengan apa
yang dia lihat. Arsitektur gedung dan bangunan di kota itu lebih
modern dari sebelumnya. Ketika dia melihat orang-orang yang berlalu
lalang, terasa ada yang aneh. Mereka menggunakan pakaian dengan mode
yang sangat berbeda dengan pakaian Iamblicus. Meskipun merasa sangat
canggung, Iamblicus mencari tempat yang menjual roti. Iamblicus
membeli beberapa roti dan menyerahkan uang perak kepada penjual.
Penjual roti tersebut
tertegun melihat uang perak tersebut. Dia memberitahu Iamblicus
bahwa uang tersebut tidak dikenal oleh masyarakat. Tukang roti
tersebut juga bertanya darimana Iamblicus memperoleh uang perak
tersebut. Kehadiran Iamblicus tampaknya menarik perhatian banyak
orang, termasuk otoritas setempat.
Pertemuan dengan umat
manusia yang berbeda zaman
Karena tidak tahan dengan
keanehan yang terjadi, Iamblicus akhirnya menceritakan apa yang
menimpa dirinya dan teman-temannya. Baik Iamblicus dan orang-orang
yang berkumpul sama-sama terkejut dan takjub ketika tahu apa yang
sesungguhnya terjadi. Orang-orang di kota itu mengatakan kepada
Iamblicus bahwa dia sekarang hidup di tahun 421 M. Banyak perubahan
yang sudah terjadi selama tiga abad. Mereka mengatakan bahwa
kekaisaran Romawi sudah tidak ada. Yang ada sekarang adalah
kekaisaran Romawi barat dan kekaisaran Romawi timur.
Kaisar Theodosius II. Image: Wikimedia |
Al-Quran menjelaskan hal
ini dalam ayat berikut:
Dan demikian (pula)
Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu
mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari
kiamat tidak ada keraguan padanya. [Quran 18: 21]
Kota Ephesus sendiri
berada di wilayah kekaisaran Romawi timur, sekarang diperintah oleh
kaisar bijaksana bernama Theodosius II. Penindasan terhadap umat
Nasrani sudah lama berakhir. Agama Nasrani bahkan berkembang pesat.
Menurut catatan sejarah, Pliny Muda mati secara mendadak pada tahun
113 M, satu tahun setelah dia melakukan teror terhadap umat Nasrani.
Adapun kaisar Trajan meninggal secara mendadak pada tahun 117 M
ketika berada di wilayah Selinus (Gazipasa). Wilayah ini sekarang
dikenal sebagai Trajanopolis. Wallahu a'lam.