Friday, January 8, 2016

Kisah Tentang Ashabul Kahfi

Pada tahun 98-117 M, kekaisaran Romawi diperintah oleh seorang kaisar bernama Trajan. Dia berasal dari Seville (Spanyol). Hal ini membuatnya kaisar Romawi pertama yang bukan berasal dari Italia. Awal karirnya dimulai sebagai jendral pada masa kaisar Domitianus. Dia dianggap sangat berjasa karena berhasil mengalahkan pemberontakan di perbatasan Jerman. Pencapaian terbaiknya sebelum menjadi Kaisar Roma adalah kontribusinya dalam mengalahkan pemberontakan Saturnius pada tahun 89 M.

Lokasi Bitinia et Pontus (merah tua). Image: Wikimedia
Kaisar Domitianus meninggal dan digantikan oleh Nerva pada tahun 96 M. Hanya saja, Nerva tidak populer bagi kalangan prajurit Romawi. Setelah satu tahun memerintah dengan penuh ketidakstabilan, dia membuat pilihan dengan mengadopsi Trajan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan sebagian prajurit Romawi yang memberontak. Nerva meninggal pada tahun 98 M. Trajan kemudian diangkat menjadi kaisar Romawi.

Perluasan wilayah hingga Anatolia

Pada tahun 101 M, Trajan melakukan invasi terhadap bangsa Dacia yang berada di wilayah Rumania. Serangan dilakukan pada tahun 102 M dan 105 M. Bangsa Dacia akhirnya dikalahkan, kemudian secara resmi diintegrasikan ke dalam Kekaisaran Romawi pada tahun 106 M. Perluasan wilayah terus berlanjut hingga mencapai wilayah Asia Minor. Salah satu wilayah yang dikuasai kekaisaran Romawi adalah Bitinia et Pontus di pantai Laut Hitam dari Anatolia Turki.

Kaisar Trajan (Kiri) - Gubernur Pliny Muda (Kanan). Wikimedia
Trajan menempatkan seorang gubernur di Bitinia et Pontus bernama Pliny Muda; sekitar bulan September tahun 111 M sebagai wakil dari kekaisaran Romawi. Penduduk wilayah Bitinia et Pontus sebagian besar adalah pemeluk ajaran Nasrani. Asal muasal agama Nasrani di wilayah tersebut tidak diketahui, tetapi tidak memiliki kaitan dengan perjalanan Rasul Paulus. Mengacu pada pembukaan Surat Pertama Petrus, ajaran Nasrani di wilayah ini mungkin disebarkan oleh Sylvanus.

Penganiayaan terhadap umat Nasrani

Dalam sejarah, kebijakan anti-Nasrani di Kekaisaran Romawi terjadi selama lebih dari dua abad walaupun tidak secara terus menerus. Penganiayaan umat Nasrani di Kekaisaran Romawi dilakukan oleh negara dan juga oleh otoritas lokal. Dalam beberapa kasus, sering karena keinginan masyarakat setempat. Terkait dengan wilayah Bitinia et Pontus, Pliny Muda mengirim surat untuk Trajan mengenai bagaimana kekaisaran Romawi harus mengambil sikap terhadap umat Nasrani. Ada tiga pertanyaan yang ditujukan kepada Trajan dalam surat tersebut:

Pertama, Apakah terdapat perbedaan perlakuan menurut usia? Apakah umat Nasrani yang masih sangat muda diperlakukan berbeda dari umat Nasrani yang sudah dewasa? Kedua, Apakah seorang tertuduh yang menyangkal sebagai seorang Nasrani berarti tertuduh diampuni? Ketiga, Apakah seseorang dengan 'nama' Nasrani bisa menjadi alasan untuk menuduh yang bersangkutan terindikasi dengan ajaran Nasrani?

Balasan singkat kaisar Trajan untuk Pliny Muda adalah sebagai berikut:

Pertama, Jangan mencari kaum Nasrani secara sengaja untuk diadili. (sebenarnya sama saja, karena pemerintah Romawi meminta otoritas lokal untuk memantau dan melaporkan orang-orang yang dicurigai beragama Nasrani). Kedua, Jika tertuduh terbukti sebagai kaum Nasrani, maka harus dieksekusi (tidak ada perbedaan perlakuan menurut usia). Ketiga, Jika tertuduh menyangkal bahwa mereka adalah kaum Nasrani dan menunjukkan bukti dengan bersedia menyembah para dewa Romawi, maka mereka akan diampuni. Keempat, Pliny Muda tidak boleh menggunakan kebijakan tuduhan anonim (Maksudnya adalah pihak pelapor harus menyertakan jati diri yang jelas).

Hukuman mati. Image: Wikimedia
Cendekiawan modern Leonard L. Thompson menyebut kebijakan tersebut sebagai 'bersisi dua' karena di satu sisi, umat Nasrani tidak diburu. Mereka diadili hanya jika ada tuduhan dari otoritas lokal terhadap mereka. Tapi jika tuduhan terbukti, maka orang-orang Nasrani tersebut dieksekusi mati. Teror ini tejadi pada tahun 112 M.

Baik Pliny Muda maupun Trajan tidak pernah menyebutkan kejahatan apa yang dilakukan oleh umat Nasrani. Hanya satu alasan: karena mereka beragama Nasrani. Sumber-sumber sejarah lainnya tidak memberikan jawaban alternatif. Tapi kemungkinan adalah sikap keras kepala umat Nasrani yang tidak mau menyembah dewa-dewa Romawi. Bagi pemerintah Romawi, hal ini dianggap sebagai bentuk permusuhan. Umat Nasrani dianggap tidak mengakui eksistensi kekaisaran Romawi di wilayah mereka.

Tujuh pemuda saleh yang berani menentang diktator

Teror yang dilakukan pemerintah Romawi menciptakan rasa takut bagi penganut Nasrani. Bisa jadi banyak diantara mereka memilih untuk melepaskan iman mereka, menuruti keinginan pemerintah romawi. Walaupun demikian, terdapat tujuh pemuda yang tetap teguh dengan iman mereka. Mereka tidak takut sedikitpun dengan intimidasi dari penguasa Romawi.

Tujuh pemuda kahfi. Image: Wikimedia
Al-Quran memberikan keterangan dalam ayat berikut:

Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri. Lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". [Quran 18: 14]

Menurut legenda seven sleepers; Tujuh pemuda tersebut masing-masing bernama Maximilian, Iamblicus, Martinian, John, Dionysius, Exacustodianus (Constantine) dan Antoninus.

Pliny Muda memberikan penjelasan tentang bagaimana cara dia mengadili seseorang yang disinyalir sebagai penganut Nasrani. Pertama, ia bertanya apakah tertuduh adalah seorang Nasrani. Jika tertuduh membantah, mereka harus membuktikan itu dengan berdoa kepada dewa-dewa Romawi (menggunakan kata yang didikte oleh Pliny Muda), menyajikan dupa dan anggur kepada gambar Trajan dan para dewa Romawi, serta mengutuk Yesus. Pliny Muda mengatakan bahwa seorang Nasrani sejati tidak akan berani atau mau melakukan itu.

Jika tertuduh mengaku bahwa mereka penganut Nasrani, tetapi kemudian bersedia melepaskan iman mereka, mengikuti keinginan Pliny Muda, maka mereka diampuni. Jika tertuduh mengaku bahwa mereka penganut Nasrani dan tidak mau melepaskan iman mereka, Pliny Muda akan menginterogasi mereka untuk kedua kalinya – mengancam mereka dengan hukuman mati. Jika mereka tidak menuruti keinginan pemerintah Romawi, Pliny Muda akan menginterogasi mereka untuk yang ketiga kalinya - jika mereka tetap bertahan dengan iman mereka, mereka dieksekusi mati atau dibawa ke Roma jika mereka adalah warga negara Romawi.

Apakah akidah tujuh pemuda tersebut sama seperti keyakinan umat Kristen saat ini?

Kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Quran sejatinya merupakan jawaban atas tantangan yang diajukan oleh para pemuka agama Yahudi pada masa Nabi Muhammad. Keyakinan tujuh pemuda tersebut tampaknya tidak sama dengan keyakinan umat Kristen saat ini. Tujuh pemuda dalam kisah Ashabul Kahfi kemungkinan adalah kaum Nazarenes, yaitu suatu kelompok yang muncul di dalam komunitas orang-orang Kristen Yahudi sekitar abad pertama. Nazarenes mengajarkan konsep Yesus sebagai 'Kristus abadi', yang lebih tinggi dari malaikat agung, tetapi Yesus bukan Allah. Pandangan mereka tentang Yesus hanyalah sebatas guru dan bukan penyelamat.

Injil Hebrew. Image: Wikimedia
Perhatikan ayat berikut:

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. [Quran 18: 13]

Kelompok ini menekankan bahwa hukum Taurat masih berlaku. Mereka mempertahankan hukum Sabat, pembasuhan sebelum berdoa, peraturan tentang makanan haram, dan melakukan sunat. Kitab suci mereka adalah Injil Nazarenes yang sudah tidak ada lagi di zaman sekarang. Mereka juga menolak doktrin yang dibawa oleh Paulus.

Melarikan diri menuju Ephesus

Kalau kita melihat skenario yang diterapkan oleh Pliny Muda, sepertinya tidak mungkin bagi para tertuduh yang diajukan ke pengadilan dapat melarikan diri. Tetapi tujuh pemuda dari Bitinia et Pontus tampaknya memang beruntung. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi mereka memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari wilayah tersebut. Mereka kemudian berunding dan sepakat untuk bersembunyi di suatu gua di wilayah Ephesus. Jarak yang harus ditempuh tergolong cukup jauh.

Ephesus. Image: Wikimedia
Perhatikan ayat berikut:

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. [Quran 18: 16]

Dengan membawa bekal dan uang secukupnya, tujuh pemuda tersebut meninggalkan Bitinia et Pontus. Dalam perjalanan mereka ditemani oleh seekor anjing yang senantiasa mengikuti mereka. Bisa juga bahwa anjing tersebut sebenarnya memang sengaja dibawa oleh mereka untuk keperluan tertentu selama menjadi pelarian. Setelah sampai di dalam gua, mereka berdoa kepada Allah agar senantiasa mendapat rahmat dan petunjuk terkait persoalan yang menimpa mereka. Rasa lelah membuat mereka tertidur pulas. Adapun anjing mereka berjaga di pintu masuk gua.

Tertidur selama ratusan tahun

Karena kuasa dari Allah, para pemuda tersebut tertidur untuk waktu yang sangat lama. Mereka terbangun setelah waktu berlalu selama 309 tahun. Mereka meninggalkan Bitinia et Pontus tidak akan jauh dari tahun 112 M, era dimana kaisar Trajan menganiaya umat Nasrani melalui perantara Pliny Muda. Jadi, tujuh pemuda Kahfi kemungkinan bangun pada tahun 421 M.

Koin perak era kaisar Trajan. Image: Wikimedia
Perhatikan ayat berikut:

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). [Quran 18: 25]

Ketika mereka terbangun, mereka bertanya satu sama lain mengenai berapa lama mereka tidur di dalam gua. Diantara mereka ada yang menjawab bahwa mereka tidur sekitar satu hari. Adapun yang lain menjawab bahwa mereka tidur paling hanya setengah hari. Akhirnya mereka menghentikan perdebatan karena merasa sangat lapar. Salah satu dari mereka ( Iamblicus) diminta untuk pergi ke kota membeli makanan, menggunakan uang perak yang mereka bawa pada saat melarikan diri dari Bitinia et Pontus. Mereka berpesan kepada Iamblicus, agar bersikap waspada tetapi tetap berlaku ramah kepada setiap orang untuk menghindari kecurigaan dari masyarakat. Para pemuda tersebut juga berpesan kepada Iamblicus agar jangan sekali-kali menceritakan keadaan mereka.

Singkat cerita, Iamblicus sudah sampai di kota. Dia sangat kebingungan dan heran dengan apa yang dia lihat. Arsitektur gedung dan bangunan di kota itu lebih modern dari sebelumnya. Ketika dia melihat orang-orang yang berlalu lalang, terasa ada yang aneh. Mereka menggunakan pakaian dengan mode yang sangat berbeda dengan pakaian Iamblicus. Meskipun merasa sangat canggung, Iamblicus mencari tempat yang menjual roti. Iamblicus membeli beberapa roti dan menyerahkan uang perak kepada penjual.

Penjual roti tersebut tertegun melihat uang perak tersebut. Dia memberitahu Iamblicus bahwa uang tersebut tidak dikenal oleh masyarakat. Tukang roti tersebut juga bertanya darimana Iamblicus memperoleh uang perak tersebut. Kehadiran Iamblicus tampaknya menarik perhatian banyak orang, termasuk otoritas setempat.

Pertemuan dengan umat manusia yang berbeda zaman

Karena tidak tahan dengan keanehan yang terjadi, Iamblicus akhirnya menceritakan apa yang menimpa dirinya dan teman-temannya. Baik Iamblicus dan orang-orang yang berkumpul sama-sama terkejut dan takjub ketika tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Orang-orang di kota itu mengatakan kepada Iamblicus bahwa dia sekarang hidup di tahun 421 M. Banyak perubahan yang sudah terjadi selama tiga abad. Mereka mengatakan bahwa kekaisaran Romawi sudah tidak ada. Yang ada sekarang adalah kekaisaran Romawi barat dan kekaisaran Romawi timur.

Kaisar Theodosius II. Image: Wikimedia
Al-Quran menjelaskan hal ini dalam ayat berikut:

Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. [Quran 18: 21]

Kota Ephesus sendiri berada di wilayah kekaisaran Romawi timur, sekarang diperintah oleh kaisar bijaksana bernama Theodosius II. Penindasan terhadap umat Nasrani sudah lama berakhir. Agama Nasrani bahkan berkembang pesat. Menurut catatan sejarah, Pliny Muda mati secara mendadak pada tahun 113 M, satu tahun setelah dia melakukan teror terhadap umat Nasrani. Adapun kaisar Trajan meninggal secara mendadak pada tahun 117 M ketika berada di wilayah Selinus (Gazipasa). Wilayah ini sekarang dikenal sebagai Trajanopolis. Wallahu a'lam.