Para ilmuwan telah
menemukan bukti mengenai adanya air yang terperangkap di dalam batu hingga miliaran
tahun di sebuah tambang emas di Afrika selatan. Penelitian
diterbitkan dalam edisi Kimia Geologi, dipimpin oleh
Johanna Lippmann-Pipke dari Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf di
Leipzig, Jerman. Mereka mengamati adanya air tanah di
celah-celah dalam di bawah basin.
Peneliti menjelaskan bahwa celah-celah di bawah basin itu seperti wadah air (saku mikroskopis) yang saling berhubungan. Setelah menganalisis air dan
unsur-unsur yang terlarut di dalamnya, peneliti akhirnya menemukan bahwa
air di dalam batu tersebut kaya akan gas neon.
Dengan melihat kuantitas
dan juga sifat neon, ilmuwan bisa memperkirakan berapa lama air berada di dalam batu. Neon menunjukkan bukti bahwa air telah ada sejak terakhir kali
batu dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi oleh aktivitas geologi
sekitar 2 hingga 2,7 miliar tahun yang lalu. Pada saat
itu, air yang mengandung neon terlarut, garam dan komponen lainnya
terjebak pada saku mikroskopis di dalam batu. Seiring waktu, batu
mengalami retak. Air yang bocor kemudian mengalir keluar melalui celah-celah batu.
Al-Quran menjelaskan mengenai hal ini dalam ayat berikut:
Kemudian setelah itu
hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal
diantara batu-batu itu sungguh
ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh
ada yang terbelah lalu keluarlah
mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang
meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. [Surat Al-Baqarah ayat 74]
Neon tidak mengalami
perubahan selama periode yang sangat lama karena jarang bergabung
atau menyatu dengan unsur-unsur lainnya. Di bumi, neon berasal dari
tiga sumber: atmosfer, mantel cair di dalam bumi, dan batu-batu di
kerak. Mengacu pada pembahasan di atas, neon yang diteliti para
ilmuwan berasal dari batu-batu di kerak. Neon tersebut diproduksi oleh reaksi nuklir pada batu, selanjutnya terakumulasi dalam bentuk air dari waktu ke waktu.
Para ilmuwan juga menemukan adanya waduk air yang luas,
cukup untuk mengisi samudra di Bumi tiga kali lipat. Waduk tersebut terjebak ratusan
mil di bawah permukaan. Air terkurung dalam mineral yang disebut ringwoodite
sekitar 660km (400 mil) di bawah kerak bumi.
Air meliputi 71 persen dari permukaan bumi, merupakan senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi yang diketahui sampai saat ini. Sekitar 96,5 persen air di bumi ditemukan di laut dan samudera, sekitar 1,7 persen di tanah, sekitar 1,7 persen di gletser dan es dari Antartika dan Greenland, sekitar 0,001 persen di udara sebagai uap, awan, dan curah hujan. Adanya air di dalam batu memberi kita wawasan baru mengenai sifat air itu sendiri. Wallaahu a'lam bishawaab.
Air meliputi 71 persen dari permukaan bumi, merupakan senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi yang diketahui sampai saat ini. Sekitar 96,5 persen air di bumi ditemukan di laut dan samudera, sekitar 1,7 persen di tanah, sekitar 1,7 persen di gletser dan es dari Antartika dan Greenland, sekitar 0,001 persen di udara sebagai uap, awan, dan curah hujan. Adanya air di dalam batu memberi kita wawasan baru mengenai sifat air itu sendiri. Wallaahu a'lam bishawaab.