Thursina merupakan pegunungan yang memiliki arti sangat penting dalam Al-Quran karena berhubungan
dengan kisah Nabi Musa. Di gunung ini banyak tumbuh buah zaitun yang
sangat terkenal karena menurut sejarah digunakan sebagai bahan
masakan oleh bani Israel (kaum Nabi Musa a.s). Selain sebagai
makanan, minyak ini juga berguna untuk penerangan, korban
persembahan, dan mengurapi.
Bagi bani Israel sendiri,
Pohon zaitun merupakan salah satu sumber daya alam yang paling
penting. Tanaman ini sangat cocok dengan iklim dan tanah dari dataran
tinggi dan perbukitan. Minyak zaitun lebih serbaguna dan tahan lama
dibandingkan dengan minyak dari tanaman lain, seperti wijen.
Al-Quran memberikan
keterangan mengenai hal ini dalam ayat berikut:
Dan pohon kayu ke luar
dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak,
dan menjadi kuah bagi
orang-orang yang makan. [Quran 23: 20]
Tanaman ini sendiri sudah
digunakan untuk menghasilkan minyak sejak zaman perunggu. Walaupun
demikian, baru pada periode Romawi diperkenalkan teknik untuk
menghilangkan kepahitan alami mereka dan membuat mereka dapat dimakan
sebagai makanan, yaitu dengan menggunakan air garam.
Panen buah ini dilakukan
pada akhir musim panas. Sebagian diproses menjadi minyak dengan
melembekkan buah zaitun, memisahkan minyak dari daging. Pada periode
awal zaman besi, ini dilakukan dengan menginjak zaitun di cekungan
batu, atau dengan mortar atau batu pada lempengan datar. Pada periode
akhir zaman besi, pengenalan balok penekan memungkinkan
pengolahan zaitun dalam skala besar.
Penemuan banyak balok
penekan di berbagai lokasi menunjukkan bahwa produksi minyak
zaitun sangat berkembang di wilayah bani Israel. Pusat produksi
minyak yang berasal dari abad ke-7 sebelum masehi ditemukan di
Ekron, kota Filistin. Di kota ini terdapat lebih dari seratus balok
penekan zaitun. Ekron tampaknya menjadi pusat produksi minyak
zaitun paling lengkap dari zaman kuno yang pernah ditemukan. Hal ini
menunjukkan bahwa bani Israel adalah produsen utama minyak zaitun
bagi warganya serta untuk wilayah lain, seperti Mesir dan terutama
Mesopotamia.
Pada zaman modern,
kuliner yang
menggunakan buah zaitun telah berkembang dengan lebih banyak pilihan
sesuai selera. Buah zaitun tidak hanya menjadi menu utama, tetapi
juga disajikan dalam konsep lain seperti makanan ringan, hidangan
pembuka & camilan, lauk pauk, makanan pencuci mulut, kue, minuman
dan koktail. Wallahu a'lam.